Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi pembangunan proyek smelter katoda tembaga PT Freeport Indonesia baru mencapai 5,86 persen sampai akhir 2020.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin mengatakan realisasi tersebut masih di bawah target yang telah direncanakan, yang sebesar 10,5 persen.
"Sudah banyak yang dilakukan. Kami sudah amati kegiatannya di lapangan. Penyiapan lahan, uji-uji teknik sudah dilaksanakan, Amdal, dan lain-lain sudah. Walaupun di bawah target, tetapi kami melihat kesungguhan Freeport melakukan program ini," ujarnya dalam konferensi pers, Jumat (15/1/2021).
Hingga saat ini, biaya investasi yang telah dikeluarkan Freeport untuk membangun smelter tembaga tersebut mencapai US$159,92 juta.
Sejauh ini, target penyelesaian pembangunan smelter Freeport tidak mengalami perubahan, yakni ditargetkan selesai pada 2023. Namun, pemerintah berpotensi memberikan relaksasi apabila memang pengerjaan mengalami hambatan akibat pandemi Covid-19.
"Smelter Freeport, Undang-Undang [UU Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara] memerintahkan harus selesai 3 tahun. Semua smelter harus selesai 2023. Namun, kami semua sadar bahwa dunia belum seindah 100 persen yang kami harapkan. Kalau ada kendala kami pertimbangkan, tetapi target 2023," terang Ridwan.
Baca Juga
Freeport tengah membangun smelter tembaga baru di kawasan Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) Gresik, Jawa Timur dengan investasi total senilai US$3 miliar.
Pada April 2020, Freeport mengajukan permohonan penundaan pembangunan smelter selama 12 bulan kepada Kementerian ESDM. Terhambatnya mobilisasi pekerja dan kontraktor internasional akibat dampak pandemi Covid-19 menjadi alasan diajukannya penundaan.