Bisnis.com, DENPASAR — Pemerintah Provinsi Bali akan lebih mendorong pemanfaatan energi bersih dalam mendukung sistem kelistrikan Pulau Dewata melalui pembangunan pembangkit berbahan bakar gas dan surya.
Di satu sisi, Bali tetap direncanakan akan mendapatkan tambahan pasokan listrik dari Jawa melalui Jawa Bali Connection (JBC) sebesar 2.000 MW.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan ESDM Bali Ida Bagus Ardha mengatakan bahwa Bali akan memiliki pembangkit listrik berbahan bakar gas yang berlokasi di Pesanggaran, Denpasar dengan kapasitas 250 MW. Selanjutnya, Bali juga akan memiliki dua pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan kapasitas masing-masing 50 MW berlokasi di Bali barat dan Bali Timur.
Menurutnya, pembangunan dua jenis pembangkit tersebut merupakan komitmen PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dalam mendukung impian Bali memanfaatkan energi bersih.
"Kalau Bali cenderung mengedepankan energi bersih, energi bersih itu bersumber dari gas, bersih yang bersumber dari gas dan EBT [energi baru terbarukan]," katanya kepada Bisnis, Jumat (22/1/2021).
Sementara itu, di satu sisi, Ardha juga mengakui PLN akan membangun JBC yang akan memasok listrik dari Jawa ke Bali. Namun, dia meyakinkan bahwa pembangunan JBC tersebut tidak akan menghambat pembangunan dua jenis pembangkit energi bersih yang sudah direncanakan.
Baca Juga
Pasalnya, JBC tersebut akan digunakan sebagai cadangan daya untuk mendukung keandalan listrik Pulau Dewata.
Saat ini kapasitas daya mampu sistem kelistrikan di Bali adalah 1.243,30 MW dengan beban puncak tertinggi pada 2020 adalah sebesar 980,89 MW. Artinya, Bali masih memiliki cadangan daya atau reserved margin sebesar 262,41 MW atau 21 persen.
Ardha pun menilai ke depan tidak menutup kemungkinan konsumsi listrik di Bali akan mengalami peningkatan sehingga upaya untuk meningkatkan keandalan dengan pembangunan pembangkit dan JBC tetap perlu dilakukan.
"JBC nanti sifatnya sebagai reserve. Ketika ada gangguan, nanti pertumbuhan konsumsi listrik akan sejalan dengan pemulihan ekonomi," katanya.