Bisnis.com, JAKARTA – Perkumpulan Perusahaan Multimoda Transport Indonesia (PPMTI) keberatan dengan penaikan tarif tol yang terjadi pada masa pandemi.
Meski tarif tol selalu naik setiap 2 tahun sekali, Sekjen PPMTI Kyatmaja Lookman merasa kebijakan penaikan tarif tol dilakukan pada saat yang tidak tepat karena Indonesia masih berada dalam krisis akibat pandemi Covid-19.
Menurutnya, kendati naiknya tarif tol tidak otomatis berpengaruh kepada tarif logistik, tetapi komponen biaya tambahan ini dampaknya mengurangi pendapatan pengemudi. Selama ini beban biaya terbesar dalam logistik adalah bahan bakar, truk, dan pengemudi.
“Kalau ongkos tol memang gak terlalu besar tetapi kalau tiap dua tahun naik kan akan jadi masalah juga. Ironisnya lagi tarif angkutan malah gak bisa seenaknya menaikkan harga seperti itu,” ujarnya, Minggu (17/1/2021).
Dia pun menggambarkan saat ini bagi pengusaha truk, jalur darat non tol masih menjadi primadona. Tetapi, lanjut dia, terdapat juga jalur pengiriman yang terpaksa menggunakan tol, yakni ruas tol Jakarta – Cikampek, tol Tangerang – Merak, kemudian Jakarta Outer Ring Road (JORR).
Sebaliknya, dia mengemukakan tol Trans Jawa bukan menjadi prioritas untuk dilalui pengusaha.
Baca Juga
Tak hanya itu, pemberlakuan tarif integrasi Tol Jakarta – Cikampek dengan Jakarta – Cikampek Elevated (layang) juga menjadi persoalan karena pengguna kendaraan yang berada di bawah jalur layang diminta ikut berpartisipasi membayar tarif.
“Masalahnya kurang volume kendaraan yang naik di elevated tapi kan kendaraan besar tidak naik ke atas harus ikut menanggung biaya,” tekannya.