Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Neraca Perdagangan Desember 2020 Diprediksi Surplus Rp36,12 Triliun

Surplus perdagangan pada periode tersebut dipengaruhi oleh perbaikan kinerja impor yang diperkirakan sebesar -13,08 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan November 2020 sebesar -17,46 persen yoy.
Suasana Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Suasana Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA - Neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2020 diperkirakan akan melanjutkan tren surplus.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan surplus perdagangan pada Desember 2020 akan mencapai US$2,58 miliar atau sekitar Rp36,12 triliun (kurs Rp14.000/dolar AS). Capaian ini sedikit lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat surplus US$2,61miliar.

Menurut Josua penurunan surplus perdagangan pada periode tersebut dipengaruhi oleh perbaikan kinerja impor yang diperkirakan sebesar -13,08 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan November 2020 sebesar -17,46 persen yoy.

“Peningkatan impor tidak lepas dari kenaikan aktivitas manufaktur Indonesia, diindikasikan oleh kenaikan PMI Manufacturing menjadi 51,3 dari sebelumnya 50,6,” katanya kepada Bisnis, Kamis (14/1/2021).

Di samping itu, kenaikan impor pada Desember 2020 juga dipengaruhi oleh kenaikan harga minyak global, yang meningkat sebesar 8,85 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).

Di sisi lain, Josua memperkirakan kinerja ekspor masih akan tumbuh sebesar 5,26 persen yoy, pada Desember 2020. Pertumbuhan ini melambat jika dibandingkan pertumbuhan November sebesar 9,54 persen yoy.

Ppertumbuhan ekspor tersebut utamanya ditopang oleh kenaikan harga komoditas global, seperti batu bara dan CPO, yang masing-masingnya tumbuh sebesar 14,51 persen mtm dan 8,78 persen mtm.

“Mitra dagang Indonesia pun sebagian besar mengalami kenaikan aktivitas manufaktur, seperti Jepang, India, dan Eurozone,” jelasnya.

Sementara itu, dia menambahkan penghambat pertumbuhan ekspor pada bulan Desember 2020 adalah karena penurunan aktivitas manufaktur China, yang turun menjadi sebesar 53.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper