Bisnis.com, JAKARTA – Maskapai diklaim masih bisa melakukan sejumlah strategi dalam menekan biaya pemeliharaan selama pandemi Covid-19 berlangsung.
Pengamat penerbangan dari Jaringan Penerbangan Indonesia Gerry Soejadtman mengatakan sejauh ini belum ada inidkasi bahwa jatuhnya pesawat Sriwijaya Air (SJ-182) akibat persoalan pemeliharaan pesawat (maintenance). Pemeriksaan laporan keuangan perlu dilakukan untuk mengetahui apakah maskapai yang bersangkutan mampu membayar biaya pemeliharaan tersebut.
“Yang penting maintenance tetap dilakukan. Pemeriksaan keuangan itu untuk mengecek apakah maskapainya mampu membayar maintenance atau perbaikannya,” ujarnya, Senin (11/1/2021).
Gerry menyebutkan terkait dengan strategi keuangan, banyak cara yang bisa dilakukan oleh maskapai.
Dia mencontohkan pembayaran tagihan setelah dikerjakan, kemudian pay by the hour (pembayaran dengan nominal nilai tertentu untuk setiap jam terbang). Selain itu, strategi non keuangan menghemat biaya maintenance dengan cara yang baik dan aman juga.
Gerry pun menyebutkan kelaikan pesawat tak berkorelasi terhadap usianya. Usia pesawat biasanya lebih berkorelasi pada biaya perawatan yang lebih mahal.
Baca Juga
Dia melanjutkan tidak ada batasan usia pesawat untuk kelaikan dalam menggunakan pesawat. Namun, ketika pesawat sudah mengharuskan banyak komponen yang perbaiki atau ganti maskapai akan melakukan perhitungan ekonomis terkait dengan kelanjutan penggunaan pesawat ini.
Gerry menyatakan dari perbaikan biasanya penambahan beban pesawat yang membuat konsumsi bahan bakar pesawat makin besar, membuat ongkos bahan bakar melambung. Selain itu ketersediaan suku cadang dan fasilitas maintenance juga menjadi pertimbangan tingkat keekonomisan pesawat.
"Indonesia alergi dengan pesawat tua sejarahnya [kecelakaan] memang banyak dari pesawat tua. Itu ada psikological trauma, tapi di industri ini selama bisa dirawat masih laik terbang," tekannya.