Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Keramik Dukung Kebijakan Pembatasan di Jawa dan Bali

Peluang dan pasar keramik dalam negeri masih terbuka lebar dan besar di mana rerata konsumsi keramik per kapita Indonesia hanya 1,4 m2
Ilustrasi industri keramik./Bisnis
Ilustrasi industri keramik./Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA —  Industri keramik menyambut baik kebijakan pembatasan wilayah Jawa dan Bali oleh pemerintah pada 11 hingga 25 Januari 2021. 

Ketua Umum Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto menilai kebijakan PSBB Jawa dan Bali selama dua minggu yang diambil oleh pemerintah sudah tepat di tengah semakin meningkatnya jumlah positif Covid-19 di Desember dan Januari 2021, terlebih pasca libur Nataru. 

"Asaki juga menghargai kebijakan tersebut di mana kegiatan kontruksi dan kegiatan usaha seperti toko bahan bangunan dan toko keramik tetap bisa beroperasi normal tetapi dengan prokes yang ketat," katanya kepada Bisnis, Kamis (7/1/2021).

Edy sebelumnya juga mengapresiasi upaya pemerintah dalam mendukung daya saing produk dalam negeri melalui Kementerian PUPR yang telah melarang penggunaan produk impor untuk proyek properti dan konstruksi mulai tahun ini. 

Upaya itu dinilai sejalan dengan strategi percepatan pemulihan ekonomi dan industri bahan bangunan dalam negeri. Pada kuartal I/2021 ini, Edy optimistis utilisasi keramik stabil pada kisaran 70 persen dan akan terus meningkat hingga level 75 persen. 

"Target produksi nasional tahun ini akan mencapai angka 390-400 juta m2. Tingkat utilisasi tahun ini akan menjadi yang tertinggi sejak 2014 dan menempatkan Indonesia sebagai produsen keramik nomor 6 terbesar di dunia setelah China, India, Brazil, Vietnam, dan Spanyol," katanya.

Edy mengemukakan Asaki memandang peluang dan pasar keramik dalam negeri masih terbuka lebar dan besar di mana rerata konsumsi keramik per kapita Indonesia hanya 1,4 m2, sedangkan rerata konsumsi keramik per kapita Asean sekitar 2,5 m2.

Untuk itu, pihaknya siap meningkatkan kapasitas produksi dari 540 juta m2 ke 675 juta m2 jika permintaan keramik dlm negeri meningkat mendekati  konsumsi keramik per kapita Asean. 

Namun, hal itu tentunya dapat dilakukan dengan adanya investasi baru sekitar Rp8-Rp10 triliun yang bisa menyerap tenaka kerja baru sekitar 20.000 orang.

Pada prinsipnya, harapan Asaki adalah perhatian dan dukungan dari pemerintah untuk penguatan industri keramik dalam negeri terutama menghadapi gempuran produk Keramik jenis Homogeneus Tiles (HT) dari China, India, dan Vietnam. 

"Saat ini total kapasitas produksi keramik jenis HT Asaki sebesar 160 juta m2 per tahun dan saat ini hanya mampu berproduksi di tingkat utilisasi 46 persen. Produk HT produksi lokal terganjal oleh beberapa unfair trade terutama produk dari China dan India yg terindikasi melakukan praktek dumping, transhipment, dan pemberian export tax refund sebesar 14 persen dari Pemerintah China," ujarnya. 

Asaki pun mengharapkan perlindungan dari pemerintah berupa Pengetatan Syarat SNI Impor, Penetapan Pelabuhan Import Terbatas, Penetapan Minimum Import Price dan Penetapan Tata Niaga Import Keramik.

Selain tingkat utilisasi produksi HT dalam negeri yag besar, Asaki juga siap mensubstitusi produk impor pasca penurunan harga gas US$6 per Mmbtu pada April lalu.

Anggota Asaki PT Arwana Citramulia Tbk. telah melakukan  pembangunan pabrik HT yang baru di Mojokerto, Jawa Timur dengan kapasitas 3 juta m3 per tahun dan ditargetkan untuk mulai produksi di akhir kuartal I/2021 ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper