Bisnis.com, JAKARTA — Industri keramik mengapresiasi upaya pemerintah dalam mendukung daya saing produk dalam negeri melalui Kementerian PUPR yang telah melarang penggunaan produk impor untuk proyek properti dan konstruksi mulai tahun ini.
Ketua Umum Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto mengatakan upaya itu dinilai sejalan dengan strategi percepatan pemulihan ekonomi dan industri bahan bangunan dalam negeri. Pada kuartal I/2021 ini, Edy optimistis utilisasi keramik bisa stabil pada kisaran 70 persen dan akan terus meningkat hingga level 75 persen.
"Target produksi nasional tahun ini akan mencapai angka 390-400 juta m2. Tingkat utilisasi tahun ini akan menjadi yang tertinggi sejak 2014 dan menempatkan Indonesia sebagai produsen keramik nomor 6 terbesar di dunia setelah China, India, Brazil, Vietnam, dan Spanyol," katanya kepada Bisnis, Minggu (3/1/2021).
Edy mengemukakan Asaki memandang peluang dan pasar keramik dalam negeri masih terbuka lebar dan besar di mana rerata konsumsi keramik per kapita Indonesia hanya 1,4 m2 sedangkan rerata konsumsi keramik per kapita Asean sekitar 2,5 m2.
Untuk itu, pihaknya siap meningkatkan kapasitas produksi dari 540 juta m2 ke 675 juta m2 jika permintaan keramik dalam negeri meningkat mendekati konsumsi keramik per kapita Asean.
Namun, hal itu tentunya dapat dilakukan dengan adanya Investasi baru sekitar Rp8-Rp10 triliun yang bisa menyerap tenaga kerja baru sekitar 20.000 orang. Pada prinsipnya harapan Asaki adalah perhatian dan dukungan dari pemerintah untuk penguatan industri keramik dalam negeri terutama menghadapi gempuran produk Keramik jenis Homogeneus Tiles (HT) dari China, India, dan Vietnam.
"Saat ini total kapasitas produksi keramik jenis HT Asaki sebesar 160 juta m2 per tahun dan saat ini hanya mampu berproduksi di tingkat utilisasi 46 persen. Produk HT produksi lokal terganjal oleh beberapa unfair trade terutama produk dari China dan India yg terindikasi melakukan praktek dumping, transhipment, dan pemberian export tax refund sebesar 14 persen dari Pemerintah China," ujarnya.
Asaki pun mengharapkan perlindungan dari pemerintah berupa Pengetatan Syarat SNI Import, Penetapan Pelabuhan Import Terbatas, Penetapan Minimum Import Price dan Penetapan Tata Niaga Import Keramik.
Selain tingkat utilisasi produksi HT dalam negeri yag besar, Asaki juga siap mensubstitusi produk impor yang tidak lama pasca penurunan harga gas US$6 per Mmbtu.
Pada April 2020 lalu, anggota Asaki PT Arwana Citramulia Tbk. telah melakukan pembangunan pabrik HT yang baru di Mojokerto, Jawa Timur dengan kapasitas 3 juta m3 per tahun dan ditargetkan untuk mulai produksi di akhir kuartal I/2021 ini.