Bisnis.com, JAKARTA — Pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik ditargetkan mulai ground breaking pada semester I/2021.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia mengumumkan bahwa Pemerintah Indonesia telah menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan LG Energy Solution, investor asal Korea Selatan, untuk membangun pabrik baterai di Indonesia pada 18 Desember 2020. Total investasinya mencapai sekitar US$9,8 miliar.
MoU tersebut rencananya segera ditindaklanjuti dengan penandatanganan head of agreement (HoA) antara konsorsium BUMN dan LG Energy Solution pada Januari 2021 dan pembangunan tahap pertama direncanakan dilakukan pada Februari 2021.
"Kemungkinan besar akan dilakukan groundbreaking pada semester I/2021. Jadi, ini bukan sekadar MoU. Ini 2021, semester pertama, insyaallah tahap pertama sudah dilakukan pembangunan pabrik," ujar Bahlil dalam konferensi pers, Rabu (30/12/2020).
Pengembangan baterai kendaraan listrik secara terintegrasi dari hulu hingga ke hilir tersebut akan dilakukan oleh konsorsium BUMN yang terdiri atas Mining and Industry Indonesia (MIND ID), PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), dan PT Aneka Tambang (Antam) Tbk., bersama mitra investor asing.
Selain LG Energy Solution, konsorsium BUMN juga tengah bernegosiasi dengan investor asal China, yakni Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL).
Baca Juga
Proyek baterai ini nantinya melingkupi proyek smelter HPAL dan RKEF di sisi hulu, kemudian proyek precursor, proyek katoda, battery cell dan pack di sektor intermediate, serta ESS-charging station-power solutions hingga daur ulang di sisi hilir.
Bahlil mengatakan bahwa sektor hilir akan dikembangkan oleh Antam dan pabrik smelter rencananya dibangun di Maluku Utara, sedangkan proyek precursor, proyek katoda hingga battery cell dan pack akan dikembangkan oleh Pertamina, PLN, dan MIND ID. Pembangunan pabriknya direncanakan berada di Batang, Jawa Tengah.