Bisnis.com, JAKARTA -- Kementerian Keuangan mencatat penerimaan negara hingga November 2020 sebesar Rp1.423 triliun atau 83,7 persen dari target yang ditetapkan Peraturan Presiden (Perpres) 72/2020. Sementara pengeluarannya Rp2.306,7 triliun atau 84,2 persen dari target.
Ekonom Bank BCA David Sumual mengatakan bahwa baik pendapatan maupun belanja jauh dari pencapaian karena tahun ini penuh dengan ketidakpastian. Pandemi Covid-19 menjadi masalah utamanya.
Penerimaan yang masih 83,7 persen disebabkan banyak sektor industri lesu. Hampir semua pelaku usaha merugi, sehingga sulit membayar pajak.
“Di sisi lain aktivitas ekonomi juga menurun. Kalau menurun, pajak seperti PPn menurun,” katanya saat dihubungi, Senin (21/12/2020).
David menjelaskan bahwa dari sisi pengeluaran, optimalisasi belanja terkendala masalah birokrasi pada awal tahun. Akan tetapi pemerintah bisa menyesuaikan lalu melakukan percepatan.
Bahkan, dana pemulihan ekonomi nasional sebesar Rp695,2 triliun masih belum terserap semua sehingga perlu regulasi agar bisa dialihkan untuk tahun depan. Dengan kondisi yang ada, sulit target-target yang ada bisa tercapai.
“Kan bulan ini tinggal beberapa hari lagi. Mungkin ada beberapa pembayaran tertunda karena kegiatan sudah terealisasi dan baru dibayar bulan ini, tapi kan tidak banyak. Jadi, untuk mengejar target tidak akan banyak, paling mentok 90 persen,” jelasnya.
Sementara untuk 2021 terang David akan berbeda perlakuannya karena fokus pemerintah pada meningkatkan kapasitas produksi, tidak lagi sepenuhnya bantuan sosial. Distribusi vaksin Covid-19 pada kuartal I diharapkan bisa menjadi pengubah permainan.
“Dengan demikian mobilitas masyarakat jadi lebih bagus untuk kuartal II, III, dan IV. Kalau konsumsi domestik sudah pulih, paling tidak 3,5 persen pertumbuhan ekonomi sudah di tangan,” ucapnya.