Bisnis.com, JAKARTA – Saham Semiconductor Manufacturing International Corp anjlok 4,8 persen di bursa Hong Kong pada Senin (21/12/2020) menyusul masuknya perusahaan ke dalam daftar hitam AS.
Dilansir dari Bloomberg, produsen chipset terbesar China ini memperingatkan bahwa masuknya perusahaan ke dalam daftar tersebut akan memberikan dampak buruk yang besar pada pengembangan teknologi canggih.
Dalam pernyataan kepada Shanghai Stock Exchange, perusahaan mengatakan penelitian dan pengembangan chip dengan fabrikasi 10 nanometer (nm) dan teknologi yang lebih canggih akan terpengaruh, meskipun daftar hitam tersebut tidak akan berdampak signifikan pada operasi dan keuangan SMIC dalam jangka pendek.
SMIC akan terus berkomunikasi dengan pemerintah AS untuk mencari solusi dan meminimalkan dampak pada perusahaan.
Departemen Perdagangan AS pada hari Jumat memasukkan lebih dari 60 perusahaan China termasuk SMIC ke dalam daftar hitam perusahaan menyusul dugaan ancaman terhadap keamanan nasional dan pelanggaran hak asasi manusia.
Kementerian Perdagangan China kemudian mengancam akan memberlakukan tindakan balasan terhadap sanksi AS tersebut.
Baca Juga
"Meskipun dampak tambahan belum terlihat, ketidakpastian akan mendorong pelanggan untuk mencari pemasok lain secara lebih aktif," tulis tim analis Bernstein dalam sebuah catatan setelah berita tersebut, seperti dikutip Bloomberg.
Presiden Donald Trump sebelumnya diperkirakan memberikan lebih banyak sanksi terhadap perusahaan-perusahaan besar di China sebelum Joe Biden secara resmi mengambil alih jabatan pada bulan Januari.
SMIC telah melemah lebih dari 6 persen nilainya sejak bergabung dengan perusahaan-perusahaan seperti Huawei Technologies Co. dalam daftar yang melarang mereka mengakses teknologi AS, mulai dari perangkat lunak hingga sirkuit PCB.
Perusahaan yang berbasis di Shanghai, yang juga memasok chipset ke Qualcomm Inc. dan Broadcom Inc., menjadi tumpuanutama Beijing untuk membangun industri semikonduktor kelas dunia dan melepaskan diri dari ketergantungan pada teknologi AS.
Washington pada gilirannya memandang kekuasaan China dan ambisinya mendominasi bidang teknologi sebagai potensi ancaman geopolitik. Daftar hitam yang diberlakukan mengancam melumpuhkan ambisi jangka panjang China tersebut.