Bisnis.com, JAKARTA — Program biodiesel 40 persen atau B40 tengah diupayakan untuk bisa berlanjut pada 2022 setelah mundur dari rencana awal yakni pada 2021.
Direktur Bioenergi Kementerian ESDM Andriah Feby Misna mengatakan bahwa pengembangan B40 harus terhambat karena adanya pandemi Covid-19. Sejumlah persiapan dan kajian untuk B40 turut terdampak oleh pandemi.
Di samping itu, pandemi Covid-19 telah menyebabkan harga minyak dunia melemah, tapi di sisi lain harga crude palm oil (CPO) tetap bertengger di harga yang tinggi. Kondisi itu membuat selisih harga biodiesel yang perlu ditanggung oleh insentif semakin besar sehingga membuat implementasi B40 semakin tidak memungkinkan.
"Kita tetap dengan B30 untuk saat ini, kami dari kementerian dengan pihak lain memastikan program ini berjalan baik, kita sedang melakukan kajian [B40] untuk bisa masuk di tahun berikutnya," katanya dalam webinar yang digelar pada Rabu (16/12/2020).
Dia menuturkan bahwa untuk 2020 serapan B30 semula ditargetkan bisa mencapai 9,3 juta kiloliter (kl). Namun, dengan adanya pandemi terjadi penyesuaian target serapan pada tahun ini sekitar 8,4 juta kl—8,5 juta kl.
Kondisi terberat yang dihadapi pada tahun ini, kata dia, program biodiesel sangat didukung oleh insentif yang bersumber dari pungutan ekspor dari produk CPO dan turunannya. Namun, karena selisih harga CPO dan solar yang terpaut jauh membuat kondisi jadi berat.
Baca Juga
"Selain itu permasalah utama pada 2020 kalau kita melihat implementasi B30 kita punya masalah selain spesifikasi dan juga penyalurannya," ungkapnya.