Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif menargetkan penyerapan batu bara untuk program penghiliran mencapai 13 juta ton pada 2024.
Total proyeksi keluaran batu bara tersebut dimaksudkan untuk pengembangan gasifikasi batu bara, cokes making, coal upgrading, dan briket batu bara.
"Target hilirisasi batu bara pada 2024 adalah kurang lebih 13 juta ton kapasitas input dengan nilai ekspor dimetil eter sebesar US$600 juta per tahun yang meliputi gasifikasi batu bara, cokes making, coal upgrading, dan briket batu bara," ujar Arifin dalam webinar Indonesia Mining Outlook 2021, Selasa (15/12/2020).
Dia menuturkan bahwa pemerintah terus mendorong akselerasi program penghiliran batu bara untuk mengoptimalkan pemanfaatan batu bara kalori rendah.
Cadangan batu bara di Indonesia didominasi oleh batu bara kalori rendah. Oleh karena itu, program peningkatan nilai tambah diperlukan untuk membuat batu bara jenis kalori rendah lebih bernilai ekonomis.
"Kami mendorong perusahaan batu bara untuk melakukan transformasi pengusahaan dari menjual raw coal untuk PLTU menjadi penjual produk yang memiliki nilai tambah bagi industri," kata Arifin.
Baca Juga
Kementerian ESDM mencatat saat ini sudah ada dua perusahaan yang mengajukan rencana pengembangan gasifikasi batu bara, yakni PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) yang akan mengembangkan gasifikasi batu bara menjadi dimetil eter dan PT Kaltim Prima Coal yang akan mengembangkan gasifikasi batu bara menjadi metanol.
Pengembangan pembuatan kokas (cokes making) juga tengah dijajaki oleh PT Megah Energi Khatulistiwa dengan produk semi-cokes dan coal tar.
Dari tujuh jenis pengembangan penghiliran batu bara, baru dua jenis yang telah mencapai skala komersial, yakni coal upgrading dan pembuatan briket batu bara.
Adapun, lainnya seperti gasifikasi batu bara, underground coal gasification, dan pembuatan kokas masih dalam tahap pengembangan.