Bisnis.com, JAKARTA — Kebutuhan batu bara kalori rendah untuk pembangkit listrik tenaga uap PLN diproyeksikan semakin meningkat dalam sewindu ke depan.
Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2019—2028, kebutuhan batu bara PLN pada 2019 mencapai 97 juta ton. Dari total kebutuhan tersebut, mayoritas merupakan batu bara dengan kalori 4.400—4.800 GAR, yakni mencapai 49 juta ton.
Direktur Utama PT PLN Batubara Kemal Djamil Siregar mengatakan bahwa pada 2028, kebutuhan batu bara kalori 4.400—4.800 GAR itu tidak mengalami perubahan meski kebutuhan batu bara secara total meningkat menjadi 153 juta ton. Peningkatan kebutuhan batu bara justru dikontribusikan dari batu bara dengan kalori lebih rendah yang meningkat signifikan.
"Ada kenaikan PLTU yang GAR-nya di bawah 4.400. Jadi. di mana sumber daya [batu bara] Indonesia yang GAR-nya itu lebih rendah bisa dioptimalkan di PLTU-PLTU yang ke depan akan kami bangun," ujar Kemal dalam sebuah webinar, Selasa (15/12/2020).
Kebutuhan batu bara kalori 4.000—4.400 GAR akan meningkat dari 20 juta ton pada 2019 menjadi 69 juta ton pada 2028, sedangkan untuk kebutuhan batu bara kalori di bawah 4.000 GAR akan meningkat dari 3 juta ton menjadi 18 juta ton pada 2028.
"Jadi, pergerakan ke depan, boiler-boiler [PLTU] yang akan dipakai itu berkisar di 4.000 GAR ke bawah di mana batu bara itu banyak sekali," katanya.
Baca Juga
Adapun, menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), dari total cadangan batu bara Indonesia yang mencapai 37,45 miliar ton, sebesar 90 persen cadangan batu bara merupakan batu bara kalori sedang dan rendah.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia menilai meningkatnya kebutuhan batu bara kalori rendah oleh PLN tersebut akan mampu mengoptimalkan pemanfaatan batu bara kalori rendah yang jumlahnya melimpah di indonesia.
Selama ini pemanfaatan batu bara kalori rendah belum optimal lantaran tidak bisa terserap oleh pasar ekspor.
"Fokus PLN memaksimalkan pemanfaatan batu bara kalori rendah saya kira itu harapan kami dari pelaku usaha karena ini yang banyak tidak terserap di pasar ekspor," kata Hendra.