Bisnis.com, JAKARTA - Kelompok bisnis di Inggris meminta waktu tambahan kepada pemerintah untuk melakukan penyesuaian usaha jelang berpisahnya secara resmi negara itu dari Uni Eropa.
Sementara perundingan dagang masih berlangsung dan diperpanjang pekan ini, penyesuaian usaha bagi para pebisnis belum dapat dipastikan.
Berlanjutnya perundingan ditanggapi dengan lega oleh kelompok lobi. Itu artinya masih ada kemungkinan untuk tercapainya kesepakatan untuk menghindari tarif dan kuota yang mahal.
Namun demikian, hal itu juga berarti perusahaan Inggris masih memiliki banyak pekerjaan untuk menyesuaikan diri dengan hubungan baru mereka dengan Uni Eropa, mulai dari standar perizinan hingga persyaratan dokumen.
"Tindakan harus mencakup masa tenggang yang dinegosiasikan untuk memungkinkan perusahaan menyesuaikan diri dengan kesepakatan atau tanpa kesepakatan," kata Tony Danker, Direktur Jenderal Konfederasi Industri Inggris, dilansir Bloomberg, Senin (14/12/2020).
Negosiator Inggris dan UE akan mencoba untuk membuat kesepakatan selama beberapa hari ke depan, dan jika pembicaraan membuat kemajuan, ada kemungkinan kesepakatan dapat dicapai pada pertengahan minggu.
Baca Juga
Meski demikian, luasnya persiapan yang dibutuhkan mendorong lobi-lobi bisnis meminta pemerintah tidak terburu-buru.
Meskipun Inggris telah memutuskan meninggalkan UE lebih dari empat tahun lalu, pembicaraan perdagangan telah gagal karena para politisi melakukan tawar-menawar atas masalah-masalah utama seperti perikanan.
Sementara itu, perusahaan harus mencoba beradaptasi dengan iklim bisnis baru setelah 31 Desember tanpa mengetahui aturan dasar keterlibatan.
"Saya pikir semua yang bisa dikatakan telah dikatakan, dan itu tidak akan pernah mudah. Sekarang ini tentang politik, sangat sulit untuk bisnis," kata Mark Price, mantan menteri perdagangan dan mantan wakil ketua John Lewis Partnership.
Kekhawatiran Price juga disuarakan oleh Ruby McGregor-Smith, Presiden Kamar Dagang Inggris. Pejabat belum memutuskan bagaimana perusahaan harus menangani keruwetan birokrasi yang baru, seperti kebutuhan untuk mematuhi aturan asal barang atau bagaimana menangani standar produk yang berbeda.
"Sangat sulit untuk bersiap karena ada sejumlah area di mana kami tidak memiliki detail sama sekali," kata McGregor-Smith.
Dia menyatakan akan mendesak pemerintah untuk mempertimbangkan dukungan yang diperlukan bagi semua bisnis sebagai persiapan meninggalkan Uni Eropa. Dia menambahkan, pandemi membuat persiapan menjadi lebih menantang.
Sementara itu, upaya penimbunan barang sebagai tanggapan terhadap Covid-19 sudah membuat penundaan di pelabuhan di kedua sisi Selat Inggris. Perusahaan furnitur Swedia, Ikea mengeluarkan pernyataan kemarin, meminta maaf kepada pelanggan yang mengalami kesulitan karena pengiriman terhenti.
"Rantai pasokan kami, termasuk pelabuhan dan terminal barang tempat produk kami diterima, telah terpengaruh oleh efek Covid-19, dan ketersediaan produk kami telah terpengaruh," kata seorang juru bicara dalam sebuah pernyataan.
Jika negosiasi gagal, kedua belah pihak akan kembali ke aturan komersial yang ditetapkan oleh Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), yang berarti tarif baru dan kontrol bea cukai. Menurut Graham Biggs, juru bicara BMW AG, harga yang lebih tinggi akan menyebabkan penurunan volume dan produksi.