Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kelangkaan Kontainer, Tata Metal : Ekspor Terkendala, Domestik Terkendali

PT Tata Metal Lestari menyatakan kelangkaan kontainer di lapangan mendisrupsi strategi ekspor. Sejauh ini, perseroan masih mencari solusi bagaimana mengatasi masalah tersebut.
Baja ringan. Tata Metal berkontribusi dalam beberapa proyek pembangunan rumah darurat bencana alam dan rumah sakit darurat di luar Pulau Jawa. /Istimewa
Baja ringan. Tata Metal berkontribusi dalam beberapa proyek pembangunan rumah darurat bencana alam dan rumah sakit darurat di luar Pulau Jawa. /Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - PT Tata Metal Lestari menyatakan kelangkaan kontainer di lapangan mendisrupsi strategi ekspor. Sejauh ini,  perseroan masih mencari solusi bagaimana mengatasi masalah tersebut.

Vice President Tata Metal Stephanus Koeswandi mengatakan pihaknya akan kembali memperluas pasar ekspor ke Amerika Latin pada kuartal I/2021. Sementara itu, kelangkaan kontainer diproyeksikan baru akan terurai pada kuartal II/2020.

"Ini masalahnya sangat ketat dan biaya [logistik[ melambung sangat tinggi, tapi kami coba untuk penuhi semua karena kami sudah kontrak, kami sudah punya kewajiban," ucapnya kepada Bisnis, Jumat (11/12/2020)

Stephanus mengaku belum menemukan solusi untuk mengatasi lonjakan harga sewa kontainer. Menurutnya, tarif sewa kontainer 20 feet melejit 230 persen menjadi US$4.600 per unit.

Selain tarif kontainer, kelangkaan tersebut juga merusak waktu tunggu (lead time) perseroan. Stephanus mencatat lead time ekspor produk roll forming perseroan meningkat dari 1 bulan menjadi 3 bulan.

Walakin, kelangkaan kontainer di pasar tidak mengganggu proses distribusi Tata Metal di dalam negeri. Seperti diketahui, Tata Metal berkontribusi dalam beberapa proyek pembangunan rumah darurat bencana alam dan rumah sakit darurat di luar Pulau Jawa.

Pihaknya memaksimalkan utilisasi stock point perseroan. Selain itu, beberapa stock poin memiliki fasilitas reproduksi tingkat mini.

Stephanus menyatakan utilitas lini produksi atap metal dan profil baja ringan pabriknya hampir mencapai 100 persen karena tingginya permintaan kedua produk tersebut. Atap metal dan profil baja ringan dipesan untuk proyek konstruksi rumah sakit berskala nasional dan daerah, serta rumah bagi korban bencana alam.

Seperti diketahui, Tata Metal menggunakan sekitar 60 persen hasil produksi CRC untuk kembali diolah menjadi atap metal maupun profil baja ringan. Sementara itu, 40 persen lainnya dibagi rata untuk dipasarkan ke industri pengguna lokal dan global.

Sementara itu, produksi atap metal mendominasi produksi hilir perseroan hingga 60 persen. Dengan kata lain, produksi profil baja ringan sejauh ini hanya berkontribusi sekitar 40 persen dari total produksi baja hilir perseroan.

"Saya sempat menolak juga permintaan-permintaan memasok [komponen konstruksi] untuk proyek APBN dan APBD, tapi harus diutamakan [keutuhan] domestik dulu [sebelum pasar ekspor]," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper