Bisnis.com, JAKARTA -- Target kenaikan penjualan ritel pada Harbolnas dinilai cukup realistis mengingat tren belanja daring yang meningkat selama pandemi.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan bahwa Indonesia masuk dalam daftar 10 besar negara dengan pertumbuhan dagang-el tertinggi menurut laporan WeAreSocial. Pertumbuhan dagang-el Indonesia tercatat mencapai 31 persen atau di atas rata-rata global yang berada di angka 18 persen per Juli 2020.
“Penggunaan dompet digital juga cenderung meningkat dan ini tentunya bisa mendukung kenaikan nilai penjualan saat Harbolnas,” kata Bhima, Rabu (9/12/2020).
Bhima memperkirakan segmen produk yang akan naik penjualannya saat Harbolnas akan lebih bervariasi dan tak terbatas pada produk kebutuhan pokok. Dia mencatat ada peluang naiknya penjualan pada produk hobi, kecantikan, dan aksesoris. Kondisi ini didukung oleh meningkatnya keyakinan konsumen yang memperlihatkan bahwa masyarakat semakin percaya diri untuk berbelanja.
“Untuk produk hobi ada peluang naik seperti alat olahraga, kebutuhan berkebun, dan produk kecantikan. Selain tentunya untuk produk kesehatan,” ujar dia.
Pelaku usaha ritel menargetkan penjualan pada Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 12.12 tahun ini bisa tetap tumbuh dibandingkan dengan tahun lalu meski akan lebih lambat.
Ketua Umum Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo) Roy N. Mandey memperkirakan kenaikan penjualan pada Harbolnas bisa naik di kisaran 15 sampai 20 persen tahun ini. Sementara pada 2019, kenaikan secara tahunan tercatat tumbuh 30 persen.
“Kami prediksi pada pandemi ini minimal kenaikan 15 sampai 20 persen dari perolehan tahun lalu,” kata Roy saat dihubungi, Rabu (9/12/2020).
Harbolnas pada 2019 sendiri disebut Roy mencatatkan penjualan Rp9 triliun atau naik 30 persen dibandingkan dengan 2018 yang berada di angka Rp6,8 triliun. Dengan asumsi kenaikan tahun ini di kisaran 15 sampai 20 persen, maka total penjualan bisa menembus Rp10,8 triliun.