Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) menyatakan fenomena kelangkaan kontainer saat ini akan membuat perubahan pengiriman CPO ke pasar global.
Seperti diketahui, kelangkaan kontainer telah dimulai sejak kuartal III/2020 di pasar global. Namun demikian, hal tersebut baru dirasakan pelaku industri nasional pada medio kuartal IV/2020.
"Yang saya khawatirkan, ekspor [CPO] kita kesulitan [pada kuartal IV/2020 dan kuartal I/2021], terutama consumer product. Saya kira akan ada perubahan tren ekspor dari kontainer ke bulk ke depannya," kata Ketua Umum GIMNI Sahat Sinaga kepada Bisnis, Senin (7/12/2020).
Sahat menjelaskan selama ini produk CPO diekspor dengan dua cara, yaitu dengan kontainer dan vessel atau ISO tank. Menurutnya, akan ada tren pertumbuhan penggunaan ISO tank maupun vessel pada 2021 dalam ekspor CPO.
Selain itu, Sahat menyarankan agar pemerintah menugasi badan usaha milik negara (BUMN) untuk memproduksi kontainer di dalam negeri. Sahat menyarankan agar penugasan tersebut diemban oleh PT Barata Indonesia (Persero).
"Dampak [kelangkaan kontainer] besar karena kontribusi pengiriman ekspor menggunakan kontainer hampir 45 persen dari total ekspor," katanya.
Baca Juga
Sahat menghitung industri CPO nasional membutuhkan sekitar 740.000 unit kontainer berukuran 20 feet untuk mengekspor CPO per tahunnya. Sahat mengusulkan agar pendirian fasilitas produksi kontainer tersebut ditempatkan di Surabaya dan Jakarta.
Menurutnya, pendirian fasilitas produksi kontainer tersebut akan memberikan kepastian ekspor bagi pabrikan nasional.