Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah telah menetapkan target untuk peningkatan capaian produksi siap jual atau lifting minyak bumi menjadi 1 juta barel pada 2030. Dalam waktu satu dekade, mampukah Indonesia mencari tambahan minyak sekitar 300.000 barel?
Mantan Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini mengatakan, untuk memproduksi tiap tetes minyak diperlukan waktu yang panjang. Untuk kegiatan yang sudah memasuki tahap plan of development (POD) hingga menghasilkan satu tetes minyak dibutuhkan waktu hingga 10 tahun.
Apabila Indonesia mengharapkan peningkatan produksi sekitar 300.000 barel per hari pada 2030, dia mempertanyakan seberapa siap peralatan yang disediakan dan lapangan-lapangan yang tinggal memulai masa produksinya.
"Proses tersebut dibutuhkan 10 tahun sehingga kalau di dunia migas kalau bicara 2010 artinya hari ini. Artinya kalau ada SKK Migas bercita-cita 1 juta barel buka POD-nya apakah bisa dari POD yang ada 1 juta barel itu terjadi," katanya dalam webinar yang digelar pada Sabtu (5/12/2020).
Sementara itu, apabila Indonesia ingin meningkatkan lifting dari cadangan yang ada, diperlukan waktu yang lebih lama sekitar 10 tahun. Penambahan minyak itu baru akan dirasakan setelah 20 tahun.
Dia menambahkan bahwa apabila peningkatan lifting tersebut diharapkan dari sumber daya, Indonesia memerlukan waktu selama 30 tahun hingga akhirnya dapat meneteskan minyak untuk mencapai target lifting. Pada dasarnya untuk menghasilkan minyak, sumber daya tersebut baru akan menjadi cadangan dengan kegiatan eksplorasi dan dijadikan produksi dengan tahapan POD.
Baca Juga
"Jadi, kalau bercita-cita 1 juta barel mengharapkan dari resources, itu butuh 30 tahun, bukan pada 2030, mungkin mis-nya di situ, saya katakan perlu 30 tahun untuk meneteskan 1 juta barel, tapi bukan pada 2030. Ini yang perlu dipahami tidak mudah untuk meneteskan minyak," jelasnya.
Pemerintah telah menetapkan target lifting minyak 1 juta barel dan gas 12 miliar kaki kubik per hari pada 2030.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan bahwa telah banyak upaya yang dilakukan untuk menahan laju penurunan atau bahkan menigkatkan produksi minyak Indonesia.
Namun, dia menuturkan Indonesia harus berani keluar dari zona nyaman untuk bisa mencapai target tersebut.