Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sentimen Risiko Geopolitik AS Bayangi Pasar, Trumpisme Tak Akan Mati

Risiko Geopolitik ini terjadi mengingat adanya perombakan pejabat penting pemerintah AS, perselisihan politik antara Partai Republik dan Demokrat, dan transisi Presiden AS yang sulit.
Presiden terpilih Amerika Serikat Joe Biden membahas UU Perlindungan kesehatan Affordable Care Act (Obamacare) dalam jumpa pers di Wilmington, Delaware, AS, 10 November 2020./Antara-Reutersrn
Presiden terpilih Amerika Serikat Joe Biden membahas UU Perlindungan kesehatan Affordable Care Act (Obamacare) dalam jumpa pers di Wilmington, Delaware, AS, 10 November 2020./Antara-Reutersrn

Bisnis.com, JAKARTA - Sentimen berbau geopolitik masih akan membayangi pasar global termasuk Indonesia. Pasalnya, terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat mengantikan Donald Trump tidak akan menekan tensi geopolitik AS dan China dalam jangka pendek.

Kepala Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro mengingatkan adanya risiko ketidakpastian dan kondisi vacuum of power di pemerintahan AS jelang pelantikan presiden pada 20 Januari 2021.

"Mengingat ada kemungkinan, perombakan pejabat penting pemerintah AS, perselisihan politik antara Partai Republik dan Demokrat, dan transisi Presiden AS yang sulit," ujar Satria dan timnya dalam catatannya, Jumat (4/12/2020).

Menurut Satria, Trumpisme tidak mati. Alih-alih nasionalisme ala Trump itu hanya akan diterapkan dengan gaya yang berbeda.

"Investor dapat mengharapkan Biden untuk melanjutkan beberapa kebijakan nasionalis Trump, termasuk pengenaan tarif AS untuk ekspor China," katanya.

Pemerintahan Biden, misalnya, diharapkan terus memberikan tekanan ke China, tetapi dengan pendekatan yang tidak terlalu konfrontatif dan tanpa retorika kontroversial yang menjadi ciri khas pemerintahan Trump.

Tarif impor AS untuk ekspor China serta larangan bagi perusahaan China untuk mendaftar di bursa saham AS dapat dipakai sebagai alat tawar-menawar bagi pemerintahan Biden.

Sementara itu, beberapa perjanjian ekonomi sebelumnya, yang sebelumnya dinegosiasikan atau bahkan disetujui oleh Presiden AS Donald Trump, mungkin akan ditunda untuk ditinjau.

"Ini termasuk kesepakatan perdagangan terbatas antara Indonesia dan AS, yang telah dibahas secara intensif dalam beberapa bulan terakhir dan secara luas disebut-sebut sebagai katalisator positif untuk perdagangan dua arah."

Tidak seperti perjanjian multilateral, kesepakatan perdagangan terbatas sebenarnya tidak memerlukan persetujuan Kongres AS dan dampak ekonominya akan sangat cepat.

Namun, Satria melihat sangat mungkin pemerintahan Biden akan segera fokus untuk menghidupkan kembali ekonomi AS dan menahan penyebaran pandemi Covid-19 di sana.

"Dengan pemikiran Presiden terpilih yang masih fokus pada agenda domestik AS, isu-isu eksternal yang terkait dengan Indonesia dapat mengambil kursi belakang selama masa transisi kepemimpinan dan bahkan dalam beberapa bulan pertama pemerintahannya," ungkapnya.

Dia juga melihat Biden tampaknya akan memprioritaskan saluran multilateral daripada negosiasi bilateral.

Sementara Trump dikenal karena menjengkelkan sekutu dekat AS secara historis, Biden telah menunjukkan niat untuk merangkul mereka. Dengan Barat yang masih belum siap untuk menerima kebangkitan China sebagai negara adidaya, langkah Biden sebenarnya dapat memunculkan divisi yang melebar dalam lanskap geopolitik global.

Dibandingkan dengan Trump, Biden sebenarnya dapat menerapkan tekanan yang lebih besar ke China, karena kubu AS bergabung dengan sekutu lama seperti Australia dan Jepang, atau bahkan mitra Eropa-nya di North Atlantic Treaty Organization (NATO).

"Sementara itu, pemerintah non-blok di Asia-Pasifik mungkin juga akan segera ditekan untuk memilih AS atau China," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hadijah Alaydrus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper