Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Okupansi RS Melandai, Serapan Obat Non Covid-19 Indofarma Turun

Saat ini kegiatan produksi relatif sudah lancar yang artinya tidak ada kendala bahan baku seperti di masa awal pandemi.
Karyawan memeriksa obat yang diproduksi PT Indofarma Tbk. di Cibitung Bekasi, Jawa Barat./.Bisnis-Endang Muchtar
Karyawan memeriksa obat yang diproduksi PT Indofarma Tbk. di Cibitung Bekasi, Jawa Barat./.Bisnis-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA — PT Indofarma Tbk. mengakui penurunan tingkat keterisian atau Bed Occupancy Rate (BOR) rumah sakit yang melandai di level 60-75 persen membuat penyerapan obat menurun.

Direktur Utama PT Indofarma Tbk. Arief Pramuhanto mengatakan saat ini hanya produk obat untuk penanganan Covid-19 yang meningkat yakni Remdesivir, Oseltamivir, dan Antibiotik.

"Untuk produk farmasi selain penanganan Covid-19 turun semua, sekarang masyarakat semakin takut ke RS. Namun, secara penjualan dengan peningkatan obat produk Covid-19 saat ini cukup mengimbangi," katanya kepada Bisnis, Kamis (3/12/2020).

Arief pun memastikan pihaknya akan siap sesuai regulasi untuk memproduksi berbagai obat baru jika diperlukan untuk penanganan Covid-19. Menurutnya, saat ini kegiatan produksi relatif sudah lancar yang artinya tidak ada kendala bahan baku seperti di masa awal pandemi.

"Jadi prinsipnya kami siap jika diperlukan tambahan produksi atau yang lainnya. Kondisi kinerja obat memang relatif berimbang saat ini beda dengan alkes [alat kesehatan] meningkat pesat," ujarnya.

Sementara itu, berdasarkan laporan keuangan per September 2020, emiten pelat merah tersebut mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp749,25 miliar, naik 28,4 persen secara tahunan. Rugi bersih perseroan tercatat mengecil dari periode sebelumnya Rp34,84 miliar menjadi Rp18,88 miliar.

Kendati mengalami kerugian lain-lain sebesar Rp5,4 miliar, tetapi perseroan berhasil menekan beban penjualan 4,12 persen menjadi Rp95,94 miliar, serta beban umum dan administrasi sebesar 8,62 persen menjadi Rp75,24 miliar.

Berdasarkan segmentasi produk, pendapatan perseroan dengan sandi saham INAF memang masih didominasi oleh penjualan obat ethical di pasar lokal yang mendominasi sekitar 58,82 persen dari total pendapatan dalam sembilan bulan pertama tahun ini. Segmen itu turun tipis atau sebesar 5,14 persen secara tahunan.

Adapun, segmen penjualan alat kesehatan, diagnostik dan lainnya di dalam negeri meningkat pesat 182,04 persen secara tahunan menjadi Rp286,75 miliar. Kenaikan penjualan juga dibarengi segmen pendapatan dari produk obat ethical yang dijual ke pasar luar negeri yang meroket 385,84 persen menjadi Rp4,42 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper