Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan harga rumah baru di China sedikit menurun pada November, dibebani oleh pembatasan pasar yang lebih ketat di kota-kota besar dan melemahnya permintaan di kota-kota kecil, sebuah survei swasta menunjukkan.
Harga rumah baru di 100 kota naik 0,32 persen pada November dari bulan sebelumnya versus kenaikan 0,4 persen pada Oktober, menurut data dari China Index Academy (CIA), salah satu perusahaan riset real estat independen terbesar di China.
Lebih sedikit kota yang melaporkan kenaikan bulanan, dengan angka turun menjadi 71 dari 73 pada Oktober, dan 28 kota mengalami penurunan harga rumah dibandingkan dengan 26 pada bulan sebelumnya, demikian data CIA yang diterbitkan pada Selasa (1/12/2020).
Cluster kota di Delta Sungai Mutiara bagian selatan dan Delta Sungai Yangtze bagian timur menyumbang sebagian besar kekuatan pasar pada November, kata CIA, dengan kenaikan harga terdepan di Dongguan, Hangzhou, dan Jinhua.
Kota Liaocheng dan Dezhou di Provinsi Shandong timur mengalami penurunan harga bulanan terbesar.
"Pertumbuhan harga rumah yang lebih lambat menunjukkan efek dari pengetatan kebijakan di beberapa kota telah dimulai," kata Cao Jingjing, direktur penelitian CIA.
"Sementara itu, beberapa kota tier-3 dan tier-4 tanpa dukungan ekonomi dan populasi mengalami penurunan harga, karena penurunan permintaan setelah lonjakan awal pembelian."
Dalam skala tahunan, harga rumah baru naik 3,63 persen di November, dibandingkan dengan kenaikan 3,52 persen pada Oktober.
Penjualan tanah berdasarkan volume turun 27 persen pada November dari Oktober, sementara harga transaksi rata-rata per meter persegi naik 18 persen, dipimpin oleh harga tanah yang lebih tinggi di kota-kota tier-1.