Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Maskapai Jadi Kunci Distribusi Vaksin, IATA: Potensi Kargonya hingga 110 Ton

IATA memperkirakan untuk memasok sekitar 14 miliar dosis vaksin ke seluruh dunia, dibutuhkan 8.000 muatan dalam kargo Boeing 747 berkapasitas 110 ton yang akan memakan waktu setidaknya dua tahun.
Vaksin Pfizer dan BionTech/Bisnis.com.
Vaksin Pfizer dan BionTech/Bisnis.com.

Bisnis.com, JAKARTA - Setelah terpukul telak pandemi Covid-19 dengan gelombang PHK dan parkirnya pesawat karena sepi penumpang, industri penerbangan global segera menjalankan misi besar abad ini, yakni mendistribusikan vaksin untuk mengakhiri wabah.

Tugas ini akan menjadi sangat krusial sebab dengan masih adanya kasus-kasus virus corona di belahan dunia mana pun, industri penerbangan mustahil kembali wara-wiri di udara.

Ini adalah tugas yang belum pernah terjadi sebelumnya dan menjadi lebih sulit setelah terjadi pemangkasan besar-besaran pada awak pesawat, rute, dan armada untuk mengimbangi lalu-lintas udara global yang turun 61 persen tahun ini. Menurut data dari Cirium, sepertiga dari armada penumpang global hingga kini masih terparkir.

"Ini akan menjadi tugas logistik terbesar dan paling kompleks yang pernah ada," kata CEO Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) Alexandre de Juniac, dilansir Bloomberg, Senin (30/11/2020).

IATA memperkirakan untuk memasok sekitar 14 miliar dosis vaksin ke seluruh dunia, dibutuhkan 8.000 muatan dalam kargo Boeing 747 berkapasitas 110 ton yang akan memakan waktu setidaknya dua tahun.

Sejumlah tantangan yang menghadang misi besar ini antara lain, kapasitas kargo, fasilitas pendingin dan penyimpanan, serta daya jangkau ke kawasan terpencil dengan akses yang sulit.

Maskapai penerbangan sejauh ini telah menyiapkan sekitar 2.500 pesawat penumpang menjadi kargo. Upaya pengangkutan besar-besaran ini diharapkan akan dimulai pada waktu puncak bagi operator kargo, tepat ketika hiruk pikuk belanja Natal online, mencapai puncaknya.

Pfizer berencana untuk mengirimkan 1,3 miliar dosis vaksinnya hingga akhir tahun depan. Moderna memproduksi sekitar 500 juta, sedangkan AstraZeneca memiliki kapasitas produksi untuk 2 miliar dosis, setengahnya ditujukan untuk negara berpenghasilan rendah dan menengah.

"Yang harus kami lakukan adalah dengan sangat cepat membantu dunia bangkit. Bagian dari itu adalah memastikan kami memberikan vaksin di pesawat kepada orang-orang yang membutuhkannya, jadi kami membuat orang-orang terbang lagi," kata Dennis Lister, Wakil Presiden Kargo di Emirates, maskapai penerbangan jarak jauh terbesar di dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper