Bisnis.com, JAKARTA – Komoditas gula menjadi salah satu penyumbang terbesar defisit neraca perdagangan Indonesia pada periode Januari-Oktober 2020 seiring dengan meningkatnya volume impor.
“Gula ternyata mempunyai andil sebagai penyumbang defisit perdagangan nasional,” kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Didi Sumedi dalam National Sugar Summit, Selasa (24/11/2020).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), defisit untuk komoditas gula dan kembang gula pada Januari-Oktober 2020 mencapai US$1,87 miliar. Nilai ini melebar dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar US$1,18 miliar.
“Pada Januari-September defisitnya US$1,6 miliar. Ini defisit yang cukup besar dari sisi neraca perdagangan khusus gula. Jadi ke depan kami mengharapkan dengan tumbuhnya industri gula yang semakin mantap, [defisit] ini pun bisa di-manage dari sisi neraca perdagangan,” kata Didi.
Kementerian Perdagangan mencatat selama 2015-2019 volume impor gula tumbuh sekitar 4,5 persen setiap tahunnya, sedangkan rata-rata pertumbuhan nilainya berkisar 0,2 persen per tahun.
Sepanjang Januari-September 2020, nilai impor gula naik 63,8 persen secara tahunan dari US$1,0 miliar menjadi US$1,7 miliar. Kenaikan ini lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan volume impor yang mencapai 58 persen secara tahunan.
Baca Juga
Sebagian besar impor komoditas gula direalisasikan dalam bentuk gula mentah yang nilainya mencapai US$1,6 miliar atau setara dengan 4,64 juta ton.
Sebagian besar impor gula mentah dialokasikan untuk industri gula rafinasi yang memasok bahan baku untuk industri makanan dan minuman yang kebutuhan per tahunnya lebih dari 3,0 juta ton setiap tahunnya. Kondisi ini pun menempatkan Indonesia sebagai importir gula terbesar melampaui China dan Amerika Serikat.
Didi mengatakan Indonesia akan selalu menjadi negara pengimpor gula tanpa peningkatan kapasitas produksi gula. Oleh karena itu, dia mengatakan upaya peningkatan produksi melalui perluasan lahan tebu serta peningkatan efisiensi industri gula perlu dilakukan.
“Salah satu caranya misal dengan melakukan investasi production line yang lebih modern dengan teknologi yang mutakhir,” ujar Didi.