Bisnis.com, JAKARTA - Produksi volume kopi olahan pada tahun ini akan merosot dari realisasi 2019 karena pandemi Covid-19. Pasalnya, mayoritas permintaan industri kopi olahan nasional berasal dari dalam negeri.
Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEIKI) mendata 80 persen dari total produksi kopi olahan diserap di dalam negeri. Sementara itu, mayoritas permintaan domestik tercatat hilang selama pandmi Covid-19.
"Kalau untuk industri besar mungkin perkiraan [penurunan produksi] 5-10 persen, tapi kalau untuk industri kecil dan menengah itu pukulannya cukup besar, hampir 70-80 persen [volume produksi turun]," ucap Ketua Bidang Kopi Specialty dan Industri AEIKI Moelyono Soesilo kepada Bisnis, Senin (23/11/2020).
Moelyono menambahkan pandemi Covid-19 mebuat sekitar 10-15 persen dari total pelaku industri kecil dan menengah (IKM) kopi olahan gulung tikar. Walakin, Moelyono optimistis kondisi industri kopi olahan akan kembali normal pada 2021.
AEIKI mencatat permintaan kopi olahan pada kuartal III/2020 sudah berada di posisi 0 persen atau stagnan. Adapun, Moelyono meramalkan permintaan kopi olahan pada kuartal IV/2020 akan kembali ke posisi pra-pandemi.
Alhasil, secara konsolidasi Moelyono memprediksi volume produksi kopi olahan sepanjang 2020 akan turun 5-10 persen secara tahunan menjadi sekitar 350.000-360.000 ton. Sementara itu, volume produksi kopi olahan pada 2021 diproyeksi akan tumbuh sekitar 4,22 persen menjadi sekitar 360.000-380.000 ton.
Baca Juga
Moelyono mendata produksi bubuk kopi ritel mendominasi hasil gilingan biji kopi yakni 70% untuk produksi kopi bubuk dengan ampas dan 20% untuk kopi bubuk tanpa ampas. Adapun, 10% dari hasil gilingan kopi dialokasikan untuk produksi minuman rasa kopi, permen rasa kopi, dan produk makanan dan minuman lainnya yang berbahan kopi.
Pada awal 2020, Moelyono memproyeksikan utilitas grinding pada tahun ini berada di sekitar level 86,33% atau sekitar 600.000 ton. Sementara itu, utilitas grinding diprediksi stabil di posisi 95% pada tahun ini dengan konsumsi bubuk kopi nasional di sekitar 320.000 ton.
“Produksi kopi kita sebesar 639.000 ton pada 2017 atau 8% dari produksi kopi dunia dengan komposisi 72,84% merupakan kopi jenis robusta dan 27,16% kopi jenis arabika,” kata Moelyono.
Kementerian Perindustrian mencatat, sumbangsih itu misalnya tercatat pada capaian ekspor produk kopi olahan yang mencapai US$579,98 juta sepanjang 2018, meningkat 19,1% dibanding perolehan di tahun 2017.
Ekspor produk kopi olahan dari Indonesia yang didominasi produk kopi instan, ekstrak, esens dan konsentrat kopi, telah menembus ke sejumlah pasar mancanegara di Asean, China, dan Uni Emirat Arab.
Namun demikian, pandemi Covid-19 membawa berbagai tantangan bagi setiap lapisan masyarakat, tidak terkecuali para pelaku usaha kopi. Contohnya, warung kopi dan kafe yang terimbas sepinya pengunjung, bahkan sampai ada yang tutup karena merosotnya penjualan.
Selain itu, sejumlah petani kopi di Aceh bahkan mengeluhkan penurunan harga jual hingga 50%, yang sebelumnya dibanderol Rp10.000 per bambu (harga jual basah) menjadi hanya Rp5.800.