Bisnis.com, JAARTA - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan telah didekati sejumlah pabrikan vaksin multinasional untuk menjadikan Indonesia sebagai lokasi uji klinis tahap III dan komersialisasi vaksin.
Kepala BPOM Penny S. Lukito menilai industri farmasi nasional memiliki kapasitas untuk memproduksi vaksin untuk manusia. Produsen vaksin untuk manusia saat ini diproduksi oleh PT Bio Farma (Persero), sedangkan produsen vaksin lainnya ditujukan untuk hewan.
"Moderna belum [melakukan diskusi terkait uji klinis maupun komersialisasi vaksin di dalam negero], tapi Pizer, AstraZeneca, dan Sputnik, mereka akan mencari mitra industri farmasi yang ada di sini," ucapnya dalam Konferensi Pers Pengawalan BPOM terhadap Vaksin Covid-19, Kamis (19/11/2020).
Selain kerja sama antara Bio Farma dan Sinivac Biotechnology, komitmen pengadaan vaksin lain berasal dari kerja sama antara PT Kimia Farma Tbk. (Persero) dengan G42 yang memiliki komitmen tentatif akan 10 juta dosis vaksin Covid-19 pada Desember 2020. Komtimen vaksin terakhir adalah dengan AstraZeneca PLC. sebanyak 100 juta dosis dan GAVI sekitar 50 juta dosis pada 2021.
Seperti diketahui, Pfizer menyatakan bahwa data awal dari uji klinis tahap III vaksin buatan Pfizer yang melibatkan 44.000 relawan memiliki efikasi hingga 90 persen. Adapun, uji klinis tersebut dilakukan di Amerika Serikat, Argentina, Brasil, dan Jerman.
"Untuk jenis vaksin [Covid-19 yang akan digunakan di dalam negeri] ditetapkan Kementerian Kesehatan. Bio Farma belum adan rencana kerja sama dengan Pizer," kata Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir kepada Bisnis.
Baca Juga
Dilansir dari New York Times, metode uji klinis yang dilakukan Pfizer adalah memberikan dua dosisi vaksin dengan dengan jarak 3 minggu pada 22.000 relawan, sedangkan relawan lainnya diberikan plasebo. Analisis awal uji klinis tahap III vaksin Pfizer menemukan bahwa ada 94 relawan yang terjangkit Covid-19.
Dengan temuan efikasi vaksin tersebut mencapai 90%, hampir seluruh 94 relawan yang terjangkit Covid-19 merupakan relawan yang mendapatkan plasebo. Adapun, Food and Drug Agency Amerika Serikat akan memberikan penggunaan darurat terhadap vaksin tersebut pada akhir November 2020.
Terpisah, Head of Corporate Communication Bio Farma Iwan Setiawan mengatakan bahwa vaksin besutan Pfizer merupakan vaksin messenger RNA (mRNA). Adapun, menurutnya, imunisasi vaksin mRNA belum pernah dilakukan di dalam negeri sebelumnya.
Selain itu, lanjutnya, vaksin buatan Pfizer mengharuskan penyimpanan di suhu yang sangat ekstrem, yakni minus 70 derajat celcius. Iwan berujar hal tersebut menjadi pertimbangan tersendiri pada pendistribusian dan penyimpanannya.
"Jadi, kami tentu preer yang lebih muda dalam cold chain management-nya, juga platform yang lebih familiar dan biasa kami gunakan selama ini dalam program vaksiniasi," katanya kepada Bisnis.