Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Keramik ke AS Melejit, Banjir Impor Masih Mengkhawatirkan

Industri keramik mencatat peningkatan kinerja ekspor hingga kuartal III/2020. Di bukanya kebijakan penguncian wilayah akibat Covid-19 sejak awal tahun ini telah memberikan dampak positif bagi industri. Sayangnya, kinerja yang baik tersebut harus diikuti dengan kegiatan impor yang kembali positif.
Beraneka produk keramik. /BISNIS.COM
Beraneka produk keramik. /BISNIS.COM

Bisnis.com, JAKARTA — Industri keramik mencatat peningkatan kinerja ekspor hingga kuartal III/2020. Di bukanya kebijakan penguncian wilayah akibat Covid-19 sejak awal tahun ini telah memberikan dampak positif bagi industri. Sayangnya, kinerja yang baik tersebut harus diikuti dengan kegiatan impor yang kembali positif.

Ketua Umum Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto mengatakan lima negara tujuan ekspor utama yakni Filipina, Malaysia, Taiwan, Thailand, dan Amerika Serikat (AS). Adapun lonjakan ekspor terjadi di Amerika Serikat yang mencapai 130 persen, disusul Filipina 60 persen, dan Taiwan 40 persen.

Edy menyebut peningkatan ekspor di luar lima tujuan utama juga terjadi di Australia di mana untuk pertama kalinya ekspor meningkat mendekati 50 persen.

"Permintaan ekspor ke AS meningkat tajam untuk produk keramik segmen premium karena beberapa anggota Asaki telah mengadopsi teknologi terkini dan tercanggih untuk memproduksi keramik big slab atau ukuran jumbo beserta produk olahannya yang memberikan nilai tambah," katanya kepada Bisnis, Selasa (10/11/2020).

Edy mengemukakan hal itu juga membuktikan bahwa secara skill sumber daya manusia maupun kualitas bahan baku lokal telah mampu bersaing dengan produk-produk keramik sejenis dari negara Eropa.

Sejalan dengan hal tersebut, Asaki mengamati terus perkembangan produk impor yang ternyata juga masih cukup mengkhawatirkan. Pasalnya, hingga kuartal III/2020 loncatan angka impor bertumbuh kembali positif 1,5 persen di level 52 juta m2.

"Sebelumnya angka impor sampai dengan semester I/2020 masih negatif atau mengalami penurunan vol import 2 persen. Angka import meningkat kembali sejak Juli dan puncaknya pada September lalu sebesar 8,9 juta m2 yang mana merupakan level tertinggi semenjak penerapan safeguard Oktober 2018," ujar Edy.

Angka impor tersebut diperkirakan semakin meningkat terlebih mulai Oktober 2020 akibat besaran bea masuk import menurun kembali dari 21 persen ke angka 19 persen.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper