Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom Universitas Indonesia Chatib Basri yang pernah menjabat sebagai menteri keuangan di era Presiden SBY mengungkapkan bahwa ekonomi Indonesia masih dalam fase survival.
“Akan ada periode yang disebut sebagai survival, itu adalah sekarang, mencapai titik terendah di quarter kedua, improve sedikit di quarter ketiga, naik lagi terus, tapi belum sampai ke normal, selama pandemi masih jadi problem, saya melihat periodenya periode survival,” kata Chatib dalam webinar, Senin (9/11/2020).
Setelah pandemi bisa diatasi, kegiatan ekonomi mengarah ke normal baru bisa masuk ke tahap pemulihan.
“Recovery hanya bisa dilakukan kalau pandeminya harus bisa di-address, kalau tidak bisa di-address Anda akan berhadapan yang saya sebut skala ekonomi. Kalau kapasitas terpasangan masih banyak, saya nggak mungkin beroperasi 100 persen, ngapain saya berinvestasi kan?” lanjut Chatib.
Menurut Chatib, invetasi akan kembali masuk atau naik akan terjadi ketika ekonomi sudah mulai normal. Berdasarkan hitungannya, ekonomi Indonesia baru normal pada 2022
“Di situlah kita baru bisa bicara ekspansi, investasi swasta dan macam-macam,” tambahnya.
Baca Juga
Pada saat itu, dia menilai penting memastikan adanya kemudahan dan kepastian investasi terutama di daerah. Selain itu, dia perlunya memasukan prinsip pembangunan berkelanjutan yaitu mengedepankan isu lingkungan dan perlindugan sosial.
Tren sumber-sumber dana global saat ini menurut Chatib punya perhatian besar pada isu tersebut dalam keputusan investasinya.
“Mereka mulai menghindari pembiayaan sektor-sektor yang dinilai mengganggu environment, financingnya sudah agak susah,” tambahnya.
Untuk itu, dia menegaskan campur tangan pemerintah sangat penting, misalnya dengan menghapus subsidi bahan bakar fosil untuk mendorong penggunaan energi terbarukan dan ramah lingkungan.
Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro, Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Hidayat Amir sepakat dengan analisis Chatib Basri, bahwa saat ini ekonomi Tanah Air berada dalam fase survival.
“Makanya yang dilakukan pemerintah dengan APBN 2020 dan akan diteruskan pada 2021, sepanjang Covid masih ada, prioritasnya ya menangani kesehatan,” katanya.
Di masa survival, kata Hidayat, memang berat untuk mendorong investasi.
Meski demikian Hidayat meyakini situasi survival sangat sementara, terlebih sebagai negara berkembang Indonesia sangat menjanjikan.
“Pasti akan terjadi recovery, dan harapannya recovery itu tidak hanya cukup mengembalikan pada situasi awal, tetapi juga menjaga momentumnya,” tambahnya.
Artinya, pada saat pemulihan nanti seharusnya sisi investasi bisa bergerak lebih cepat dengan disokong bukan hanya kebijakan fiskal tetapi juga penyederhanaan regulasi.