Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 3,49 persen. Angka ini lebih tinggi dari perkiraan pemerintah yaitu antara minus 2,9 persen hingga minus 1 persen.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad melihat fakta pertumbuhan ekonomi yang ada seharusnya menjadi tanda-tanda bagi pemerintah untuk lebih realistis dan optimistis.
“Bagi saya apakah memang pemulihan ekonomi dimulai atau tidak jadi. Itu pertanyaan menarik dan tentu saja jadi catatan bagi kita untuk menyiapkan langkah-langkah yang diperlukan,” katanya melalui diskusi virtual, Minggu (9/10/2020).
Dilihat dari sumber pertumbuhan yaitu minus 3,49 persen, konsumsi rumah tangga menyumbang minus 2,17 persen dan investasi minus 2,11 persen. Padahal bantuan sosial (bansos) jor-joran diberikan untuk menjaga daya beli.
Program melalui pemulihan ekonomi nasional (PEN) itu telah menyerap 176,38 triliun dari pagu 203,9 triliun. Tauhid mempertanyakan apakah bansos efektif. Karena kenyataannya masyarakat tidak mampu memenuhi kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, dia meminta perlu ada perubahan skema bansos. Pemerintah harus fokus pada 20 persen masyarakat kelompok terbawah.
Baca Juga
“Dengan penambahan bantuan hingga Rp1,5 juta per rumah tangga dan skema full bantuan tunai,” jelasnya.