Bisnis.com, JAKARTA - Stimulus yang dikeluarkan pemerintah untuk menggeliatkan daya beli masyarakat di tengah pandemi Covid-19 belum berbuah maksimal.
Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi di kuartal III/2020 diprediksi kembali minus meski lebih baik dibandingkan periode sebelumnya.
Staf Ahli Menteri Keuangan, Yustinus Prastowo mengatakan bahwa insentif yang diberikan terus dievaluasi. Program yang dikeluarkan salah satunya bantuan sosial merupakan masukan dari berbagai pihak.
Harapannya insentif tersebut bisa mempertahankan daya beli. Akan tetapi itu diakui tidak berdampak maksimal. Alasannya kontribusi terbesar konsumsi rumah tangga ada di kalangan menengah atas. Mereka saat ini cenderung menahan uangnya.
“Kita memang berharap menengah atas karena mereka belum mau ke mal, piknik, atau belenja. Mereka belum butuh karena belum mau ke mana-mana,” katanya dalam diskusi virtual, Senin malam (2/11/2020).
Dengan kondisi pertumbuhan yang negatif selama dua kuartal berturut-turut, Indonesia dipastikan akan resesi. Akan tetapi Yustinus menjelaskan bahwa ini bukan akhir.
Baca Juga
“Resesi atau tidak bukan persoalan kalau kita lihat sebagai oportunitas. Kita pernah atasi situasi yang lebih berat tapi bisa bangkit,” jelasnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi di triwulan III akan kembali negatif.
“Perkiraan kita [pertumbuhan ekonomi] di angka minus 3 persen,” katanya di Istana Negara, Senin (2/11/2020).
Konsumsi rumah tangga dan investasi akan menjadi penyebab utama ekonomi kembali terkontraksi. Rumah tangga diperkirakan minus 4 persen dan investasi 6 persen.