Bisnis.com, JAKARTA - PT Angkasa Pura I (Persero) mengandalkan penggunaan teknologi untuk mendukung operasional, pelayanan, dan bisnis perusahaan pada masa adaptasi kebiasaan baru.
Hal ini sejalan dengan arahan Menteri BUMN RI Erick Thohir untuk mewujudkan kepemimpinan teknologi sebagai salah satu dari lima prioritas Kementerian BUMN.
Adapun teknologi yang dioptimalkan dan diandalkan pada masa adaptasi kebiasaan baru ini yaitu Airport Operations Control Center (AOCC), virtual customer service, boarding pass scanner, dan thermal scanner.
“Di tengah pandemi COVID-19 seperti saat ini keberadaan teknologi sangat berguna untuk membantu penerapan physical distancing atau protokol kesehatan pencegahan penyebaran COVID-19 dalam masa adaptasi kebiasaan baru. Ke depannya, penggunaan teknologi merupakan syarat mutlak yang harus diimplementasi pada setiap proses pelayanan karena berubahnya perilaku masyarakat. Adopsi teknologi oleh perusahaan merupakan upaya mewujudkan kepemimpinan teknologi yang dilakukan Angkasa Pura I dalam menghadapi perubahan,” ujar Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero) Faik Fahmi.
Salah satu teknologi yang diandalkan, lanjut Faik Fahmi, adalah AOCC yang berguna untuk mengawasi penerapan protokol kesehatan pencegahan penyebaran COVID-19 dalam masa adaptasi kebiasaan baru secara purna waktu sehingga dapat membantu memutus mata rantai penyebaran COVID-19.
AOCC merupakan salah satu upaya Angkasa Pura I dalam digitalisasi aktivitas operasional bandara dan implementasi smart airport secara menyeluruh dengan tujuan mewujudkan operational excellence dan service excellence di seluruh bandara-bandara yang dikelola Angkasa Pura I.
Keberadaan AOCC melibatkan seluruh pemangku kepentingan di bandara dengan mengintegrasikan sistem yang dimiliki masing-masing pemangku kepentingan agar dapat beroperasi secara efektif dan efisien.
AOCC pertama di Indonesia diluncurkan oleh Angkasa Pura I pada 2 Maret 2018 di Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan, menyusul kemudian diterapkan di 11 bandara lainnya yaitu di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, Bandara Juanda Surabaya, Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin, Bandara Adisutjipto Yogyakarta, Bandara Adi Soemarmo Solo, Bandara Pattimura Ambon, Bandara Internasional Lombok, Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang, Bandara Internasional Yogyakarta, dan Bandara Frans Kaisiepo Biak.
Selain AOCC, sejak awal Maret, untuk mendukung penerapan physical distancing, Angkasa Pura I juga menerapkan layanan pelanggan virtual (virtual customer service) di 12 bandaranya.
Layanan pelanggan virtual yang dimaksud adalah layanan petugas customer service yang tidak berhadapan langsung secara fisik dengan pengguna jasa bandara, namun melalui perangkat layar monitor.
Petugas customer service yang semula bertugas memberikan layanan informasi kepada pengguna jasa bandara di gerai customer service, kini ditempatkan secara terpusat di Airport Operation Control Center (AOCC) dengan fasilitas layanan menggunakan teknologi tele-conference.
"Dengan dihadirkannya layanan pelanggan virtual ini, kami berharap pengguna jasa bandara dapat terlayani dengan nyaman dan tanpa rasa khawatir ketika berhadapan dengan petugas customer service kami," tambah Faik Fahmi.
Untuk memeriksa suhu tubuh dan detak jantung penumpang dan calon penumpang yang ada di bandara, Angkasa Pura I bekerja sama dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kementerian Kesehatan menyediakan thermal scanner pada pintu kedatangan.
Jika terdapat penumpang atau calon penumpang yang terdeteksi bersuhu badan lebih dari 38 derajat celcius, maka penumpang tersebut akan ditangani oleh Tim KKP dan dilakukan pemeriksaan lanjutan.
Untuk meminimalisir kontak fisik saat pemeriksaan boarding pass, Angkasa Pura I menyediakan fasilitas boarding pass scanner, yang saat ini baru terdapat di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali.
Fasilitas ini ditujukan untuk memberikan kemudahan bagi penumpang untuk dapat secara otomatis melakukan pemindaian boarding pass penumpang tanpa harus mengantri di tempat scanning manual.
Fasilitas ini dapat dipergunakan oleh penumpang yang membawa boarding pass dalam bentuk tercetak, ataupun masih dalam bentuk soft file dalam smartphone. Melalui fasilitas ini, kontak fisik dengan orang diminimalisir dan dapat mengurangi risiko penyebaran Covid-19.
“Penerapan teknologi yang dapat mengurangi risiko penyebaran Covid-19 ini merupakan komitmen kami untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada seluruh penumpang yang sedang melakukan perjalanan udara pada masa adaptasi kebiasaan baru,” tambah Faik.