Bisnis.com, JAKARTA - Setelah babak belum dihantam dampak pandemi Covid-19, JUUL Labs Indonesia akan menghentikan jaringan distribusi rokok elektriknya di Indonesia. Kebijakan ini juga merupakan bagian dari kebijakan JUUL Labs Inv. untuk keluar dari pasar Eropa dan Asia.
Berdasarkan laman resmi JUUL Labs Indonesia, distribusi resmi seluruh produk JUUL di dalam negeri akan berhenti pada November 2020. JUUL Labs Indonesia juga telah keluar dari Aliansi Pengusaha Penghantar Elektronik Indonesia (Appnindo).
"Langkah JUUL di luar ekspektasi kami. Sebetulnya kami berharap JUULdapat mengambil peran bahu membahu dengan kami dalam usaha menumbuhkan vapers baru. [Namun,] kami menghargai itu," kata Sekretaris Umum Asosiasi Personal Vape Indonesia (APVI) Garindra Kartasasmita kepada Bisnis, Jumat (30/10/2020).
Walakin, Garindra memhamai bahwa keputusan tersebut diambil tidak hanya dari sisi penjualan di dalam negeri. Menurutnya, JUUL memiliki pertimbangan yang lebih besar lagi.
Seperti diketahui, permintaan cairan vape pada kuartal dua sangat terpukul karena pandemi Covid-19. Garindra mendata permintaan turun sekitar 50 persen pada kuartal II/2020 dibandingkan dengan capaian 3 bulan pertama 2020.
Seperti diketahui, JUUL Labs lahir di dalam negeri sejak September 2020. Garindra mendata JUUL telah memiliki pangsa pasar sekitar 5 persen selama 12 bulan hadir di dalam negeri. "Cukup baik sebetulnya [performa JUUL]."
Baca Juga
Sementara itu, Garindra menyampaikan seluruh tenaga kerja JUUL Labs Indonesia yang tergabung dalam APPNINDO telah dilepas. Hal tersebut sejalan dengan laporan Reuters.
Dilansir dari Reuters, CEO JUUL Labs K.C. Crosthwaite mengatakan pihaknya akan melakukan efisiensi besar-besaran terhadap tenaga kerjanya di seluruh dunia pada September 2020. Selain itu, JUUL juga akan menarik presensi di beberapa pasar Eropa dan Asia-Pasifik untuk memperlancar arus kas.
Hal tersebut dilakukan mengingat valuasi JUUL Labs Inc. merosot 16,67 persen menjadi US$10 miliar pada akhir Oktober 2020. Seperti diketahui, valuasi JUUL Labs pada akhir 2019 mencapai US$12 miliar.
"Valuasi hari ini tidak mengejutkan saya, dan saya berharap investor lain juga sampai pada penilaian yang lebih rendah yang menjadi faktor dalam restrukturasi kami baru-baru ini," kata Crosthwaite dalam sebuah memo.