Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Target Produksi Batu Bara Tahun Depan Dinilai Terlalu Optimistis

Menurut pemerintah, ada faktor ketidakpastian yang membayangi pasar batu bara global hingga tahun depan akibat pandemi Covid-19. Pulihnya permintaan batu bara akan sangat bergantung pada bagaimana negara-negara importir mengendalikan penyebaran Covid-19.
Aktivitas pemindahan muatan batu bara dari tongkang ke kapal induk dengan floating crane./indikaenergy.co.id
Aktivitas pemindahan muatan batu bara dari tongkang ke kapal induk dengan floating crane./indikaenergy.co.id

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan produksi batu bara dalam negeri berada pada level 609 juta ton pada 2021.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia menilai target tersebut terlalu optimistis. Hal ini mengingat kondisi permintaan batu bara global masih lemah.

"Nampaknya terlalu optimistis karena pasar, mungkin demand belum akan membaik," ujarnya kepada Bisnis, belum lama ini.

Menurutnya, masih ada faktor ketidakpastian yang membayangi pasar batu bara global hingga tahun depan akibat pandemi Covid-19. Pulihnya permintaan batu bara akan sangat bergantung pada bagaimana negara-negara importir batu bara mampu mengendalikan penyebaran Covid-19.

Dia khawatir tinggi produksi batu bara di tengah permintaan yang melemah akan semakin menekan harga batu bara di pasaran.

"Ke depan kami melihat, jika produksi masih tinggi. Ini berarti potensi harga makin tertekan makin besar. Demand akan recover pasti, tapi mungkin sulit untuk bisa kembali ke level sebelum pandemi," kata Hendra.

Semenjak Covid-19 ditetapkan sebagai pandemi global, harga batu bara acuan (HBA) sempat menguat sebesar 0,28 persen ke angka US$67,08 per ton pada Maret 2020 dibandingkan Februari 2020 yang dipatok US$66,89 per ton.

Kemudian, HBA terus mengalami pelemahan ke angka US$65,77 per ton pada April dan US$61,11 per ton pada Mei. Selanjutnya, pada Juni 2020, HBA turun ke angka US$52,98 per ton, Juli US$52,16 per ton, Agustus USD50,34 per ton, dan September menjadi US$49,42 per ton.

Pada Oktober 2020, HBA sedikit mengalami kenaikan sebesar 3,2 persen dibandingkan HBA September 2020 menjadi US$51,00 per ton.

Sementara itu, PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) belum menetapkan proyeksi produksi batu bara tahun depan. Sekretaris Perusahaan PTBA Apollonius Andwie C mengatakan bahwa perseroan masih memantau perkembangan pasar global.

"Untuk proyeksi produksi batu bara tahun depan, saat ini kami masih melakukan kalkulasi dengan mempertimbangkan kondisi market global," kata Apollonius ketika dihubungi Bisnis, belum lama ini.

Dia juga berharap kenaikan HBA pada Oktober dapat menjadi sinyalemen yang baik untuk peningkatan harga pada periode-periode selanjutnya.

"Pemicu kenaikan harga ini salah satunya disebabkan oleh peningkatan demand dari China. Sebagaimana kita ketahui bahwa saat ini otoritas di negeri tirai bambu merilis kebijakan untuk melonggarkan kebijakan impor yang beberapa bulan ke belakang dilakukan pembatasan," katanya.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin mengatakan bahwa volume produksi batu bara tahun depan diproyeksi mencapai 609 juta ton dengan kebutuhan domestic market obligation (DMO) diperkirakan meningkat menjadi 168,13 juta ton.

Tahun ini, produksi batu bara ditargetkan mencapai 550 juta ton dengan kebutuhan DMO sebesar 155 juta ton.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper