Bisnis.com, JAKARTA — Pasar batu bara diproyeksikan masih akan terpengaruh oleh dampak pandemi Covid-19 hingga semester pertama tahun depan. Pasokan dan permintaan batu bara diperkirakan baru pulih pada semester kedua 2021.
Presiden Direktur PT Kideco Jaya Agung M. Kurnia Ariawan memaparkan bahwa akibat pandemi Covid-19, ekspor batu bara Indonesia mengalami penurunan yang signifikan.
Sepanjang kuartal II/2020 (April—Juni 2020), ekspor batu bara Indonesia hanya 93 juta ton atau turun sekitar 17,6 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yakni mencapai 113 juta ton.
"Penurunan permintaan batu bara Indonesia hampir oleh semua importir, terutama dari India yang turun dari 28 juta ton menjadi 14 juta ton," ujar Kurnia dalam konferensi virtual 31 Tahun Hari Jadi APBI-ICMA, Selasa (27/10/2020).
Hingga akhir tahun ini, permintaan batu bara global diperkirakan berada pada kisaran 938 juta ton. Angka ini turun jauh dari angka perkiraan sebelum Covid-19, yakni 1.035 juta ton.
Kurnia memperkirakan permintaan dan pasokan batu bara mulai pulih pada 2021, tetapi tidak akan berada di level yang sama sebelum Covid-19. Permintaan batu bara global tahun depan diproyeksikan berada pada kisaran 973 juta ton.
Baca Juga
Langkah-langkah penanganan Covid-19, seperti vaksin dan kebijakan lockdown, akan berpengaruh pada keseimbangan pasokan dan permintaan batu bara tahun depan.
"Secara umum pada paruh pertama 2021 (pasar batu bara) masih akan terdampak pandemi Covid-19. Lalu baru pada paruh kedua, kita akan lihat real recovery. Tapi ada sejumlah tantangan, seperti bagaimana vaksin akan didistribusikan, bagaimana mutasi virus yang berbeda-beda di tiap wilayah," katanya.
Dia berharap agar perekonomian negara-negara tujuan ekspor batu bara Indonesia dapat segera pulih, terutama India yang merupakan salah satu negara tujuan ekspor batu bara utama Indonesia.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan bahwa saat ini asosiasi tengah aktif bekerja sama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di berbagai negara untuk membuka potensi pasar baru bagi batu bara Indonesia, seperti di Pakistan dan Bangladesh.
Selain itu, Hendra juga melihat Asia Tenggara sebagai pasar yang cukup potensial untuk batu bara Indonesia ke depan.
"Pasar Asia Tenggara sangat penting untuk masa depan kita. Jika kita gabungkan Asean sebagai single market, itu peringkat nomor tiga setelah China dan India. Kami berharap potensi permintaan batu bara dari Asia Tenggara, terutama didorong oleh Vietnam," katanya.