Bisnis.com, JAKARTA – World Economic Forum (WEF) memproyeksikan ada 97 juta pekerjaan baru yang akan tercipta di pasar kerja seiring dengan perkembangan komputasi awan, big data, dan e-commerce.
Berdasarkan laporan World Economic Forum (WEF) yang berjudul ‘Future of Jobs Report 2020’, dari 97 juta pekerjaan baru tersebut, sekitar 40 persen diantaranya masih memiliki kesempatan untuk meningkatkan kapasitas melalui pelatihan dalam jangka 6 bulan atau kurang.
“Covid-19 telah mengakselerasi masa depan pekerjaan. Akan ada skenario ganda yang bakal menganggu para pekerja di masa yang sulit ini. Jalan keluarnya adalah solusi manajemen yang proaktif,” kata Managing Director WEF Saadia Zahidi, dilansir dari Aljazeera, Rabu (20/10/2020).
Namun, perubahan di pasar kerja diperkirakan tidak akan memberikan manfaat bagi semua pekerja. Akselerasi teknologi dan krisis akibat Covid-19 akan memperlebar jurang kesenjangan pekerja, dengan pekerja rendah, anak muda, perempuan, dan tenaga kerja dengan skill terbatas akan terdampak signifikan.
Survei yang dilaksanakan oleh WEF ini didasarkan atas proyeksi para pemimpin bisnis dari 300 perusahaan dunia yang telah mempekerjakan sekitar 8 juta tenaga kerja.
Dalam survei tersebut, 43 persen pebisnis mengindikasikan bahwa mereka akanmengurangi tenaga kerjanya akibat integrasi teknologi. Tetapi, hanya 1 dari 5 pebisnis global yang memiliki kemampuan memanfaatkan investasinya untuk melakukan peningkatan kapasitas bagi pekerjanya.
Baca Juga
Pandangan mengenai kapasitas pekerja juga mengalami perubahan di tingkat manajemen perusahaan. Sekitar 94 persen pebisnis mengharapkan para pekerjanya memiliki kemampuan baru pada pekerjaan, atau naik dari 65 persen pada 2018.
Masih berdasarkan laporan yang sama, otomatisasi dan divisi baru yang membagi tugas antara manusia dengan robot akan menggantikan 85 juta jenis pekerjaan dalam lima tahun ke depan.
Pandemi Covid-19 yang diikuti dengan krisis hanya akan mempercepat proses digitalisasi dan menghantam seluruh sektor ekonomi lebih parah dibandingkan krisis finansial 2008.