Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Manufaktur Kuartal III Membaik, Ekonom : Jalan Pemulihan Ekonomi Masih Panjang

Kendati indeks manufaktur meningkat pada kuartal III/2020, kalangan ekonomi aktivitas produksi dan konsumsi masih belum kembali normal karena pandemi Covid-19 belum sepenuhnya terkendali.
Pekerja menyelesaikan pembuatan perangkat alat elektronik rumah tangga di PT Selaras Citra Nusantara Perkasa (SCNP), Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (19/8/2020). Bisnis/Abdullah Azzam
Pekerja menyelesaikan pembuatan perangkat alat elektronik rumah tangga di PT Selaras Citra Nusantara Perkasa (SCNP), Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (19/8/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Kalangan ekonom menilai peningkatan kinerja dunia usaha, terutama sektor industri pengolahan yang tercermin dari kenaikan Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia (PMI-BI) pada kuartal III/2020 bersifat temporer.

Bank Indonesia mencatat PMI BI sebesar 44,91 persen pada kuartal III/2020, naik dari posisi kuartal II/2020 sebesar 28,55 . Kendati naik, angka PMI masih di bawah posisi kuartal III/2020 sebesar 52,04 persen.

Peningkatan aktivitas dunia usaha pun tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) pada kuartal III/2020 yang tercatat -5,97 persen, jauh membaik dari -35,75 persen pada kuartal II/2020.

Peneliti Ekonomi Senior Institut Kajian Strategis (IKS) Eric Alexander Sugandi mengatakan tanda-tanda pemulihan ekonomi pada kuartal III/2020 belum terlalu kuat.

Dia beralasan, aktivitas produksi dan konsumsi masih belum kembali normal karena pandemi Covid-19 belum sepenuhnya terkendali. Peningkatan PMI BI pada kuartal III/2020 disebabkan oleh pelonggaran penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

"Pelonggaran PSBB membuat aktivitas produksi meningkat dibandingkan ketika PSBB diberlakukan," katanya kepada Bisnis, Rabu (14/10/2020).

Jika dilihat berdasarkan komponen, kata Eric, indeks seluruh komponen meningkat dibandingkan dengan kuartal II/2020. Demikian pula jika dilihat berdasarkan sektor. Indeks semua sektor meningkat pada kuartal III/2020.

Meski demikian, Eric menilai terjadinya peningkatan di seluruh komponen dan sektor belum menunjukkan pemulihan ekonomi akan terjadi dengan cepat.

"Butuh waktu yang agak panjang untuk kembali ke level produksi karena mewabahnya belum bisa sepenuhnya terkendali," jelasnya.

Eric mengatakan, masih ada risiko pemulihan ekonomi jika wabah Corona belum terkendali sehingga akan menyebabkan gangguan aktivitas produksi, konsumsi, dan distribusi.

Dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2020 akan tetap tumbuh negatif meski beberapa indikator ekonomi mulai membaik, yaitu pada kisaran -2,2 persen.

Senada, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira beranggapan kenaikan PMI BI pada kuartal ke III/2020 merupakan indikasi industri manufaktur kembali bergairah setelah PSBB sempat dilonggarkan.

"Perbaikan PMI juga dapat dikaitkan dengan pemulihan kinerja ekspor yang terbatas di negara mitra dagang utama," katanya.

Sementara, peningkatan permintaan dalam negeri menurutnya ditopang oleh stimulus sehingga mendorong konsumsi kelas bawah. Namun, dari sisi jumlah, masih belum menyeluruh karena masyarakat kelas menengah rentan miskin di Indonesia mencapai 115 juta.

Perbaikan PMI menurut Bhima juga didorong oleh stabilitas kurs rupiah terhadap dolar sehingga tidak terjadi tekanan pada sisi biaya produksi.

"Tapi perbaikan PMI ini sifatnya bisa sangat temporer karena daya beli masyarakat masih rendah, kemudian kelas menengah atas masih menahan belanja dan memilih untuk menyimpan dana di bank, jelas Bhima.

Dia mengatakan kunci pemulihan dari sisi produksi dan konsumsi ke depan ada pada penanganan pandemi Covid-19 yang lebih serius karena berkorelasi dengan perencanaan bisnis industri manufaktur pada 2021.

Jika kasus infeksi virus corona bisa ditekan, industri manufaktur akan lebih optimis menambah kapasitas produksinya. Bhima memperkirakan, hingga akhir tahun PMI BI masih belum bisa mencapai angka 50 atau belum berada di level ekspansif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper