Bisnis.com, JAKARTA – Perkembangan informasi mengenai Lion Air Group yang diduga mendirikan maskapai anyar memasuki babak baru. Ada kemungkinan pengajuan sertifikat operator penerbangan (air operator certificate/AOC) yang saat ini sudah di Kementerian Perhubungan (Kemenhub) bukan langsung berasal Lion Air Group, melainkan dari pihak lain yang masih terafiliasi.
Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Novie Riyanto mengatakan sejauh ini banyak perusahaan yang mengajukan penerbitan AOC, tetapi mayoritas merupakan maskapai berskala kecil. Surat permohonan tersebut akan dikonfirmasi kembali apakah berasal dari Lion Air Group langsung, atau pihak yang terafiliasi.
“Sejauh ini memang cukup banyak yang mengajukan. Saya belum cek detailnya karena banyak, tetapi kami harus benar-benar pastikan dulu apakah memang ada nama yang berkorelasi atau terkait dengan mereka [Lion Air Group],” jelasnya, Jumat (2/10/2020).
Sebelumnya, Lion Air Group dikabarkan bakal mendirikan maskapai baru agar bisa bangkit dari kejadian kecelakaan JT-610 pada Oktober 2018, kendati saat ini industri penerbangan sedang lesu dalam masa pandemi Covid-19.
Berdasarkan laman Bloomberg yang dikutip, Kamis (1/10/2020), langkah berani tersebut dibenarkan oleh beberapa pihak yang mengetahui rencana dari PT Lion Mentari Airlines.
Menurut sumber yang menolak untuk disebutkan namanya, rencana tersebut diinisiasi oleh pendiri Lion, termasuk Rusdi Kirana. Akan tetapi, masih belum jelas posisi maskapai baru tersebut bakal menjadi bagian dari Lion Group atau tidak.
Baca Juga
Namun ketika dikonfirmasi, Corporate Strategic Lion Air Group Danang Mandala Prihantoro mengaku belum bisa memberikan keterangan terkait hal tersebut.
Berdasarkan data Direktorat Perhubungan Udara hingga pertengahan September 2020, total terdapat 947 armada pesawat yang dimiliki operator penerbangan AOC 121 dan AOC 135.
Berdasarkan jumlah itu total sebanyak 46 persen atau hanya 483 unit armada yang terbang secara aktif, 33 persen pesawat atau sebanyak 310 unit armada pesawat yang stand by serviceable, 287 diantaranya tidak terbang, sisanya 21 persen atau sebanyak 199 unit armada berstatus Aircraft On Ground atau AOG dan perbaikan berat.