Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RI Terancam Deflasi Lagi karena Tekanan Daya Beli? Ini Penjelasan Pemerintah

Berdasarkan konsensus Bloomberg, secara month-to-month (mtm), diperkirakan akan terjadi deflasi dengan rata-rata sebesar -0,03 persen. Estimasi atas diperkirakan akan inflasi 0,02 persen dan estimasi bawah deflasi -0,15 persen.
Konsumen di satu gerai supermarket di Purwokerto, Minggu (28/7). /BISNIS.COM
Konsumen di satu gerai supermarket di Purwokerto, Minggu (28/7). /BISNIS.COM

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Konsumen (IHK) selama 2 bulan terakhir tercatat mengalami deflasi. Pada September 2020, tren deflasi diperkirakan akan berlanjut.

Berdasarkan konsensus Bloomberg, secara month-to-month (mtm), diperkirakan akan terjadi deflasi dengan rata-rata sebesar -0,03 persen. Estimasi atas diperkirakan akan inflasi 0,02 persen dan estimasi bawah deflasi -0,15 persen.

Sementara, rata-rata inflasi secara year-on-year (yoy) diperkirakan sebesar 1,39 persen, dengan estimasi atas 1,70 persen dan estimasi bawah sebesar 1,00 persen.

Inflasi yang masih rendah ini diperkirakan karena masih terjadi penurunan harga di beberapa komoditas pangan. Selain itu, dari sisi permintaan, daya beli masyarakat juga masih mengalami tekanan.

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir tidak menampik bahwa deflasi akan kembali terjadi pada September 2020 ini.

Namun demikian, menurutnya deflasi pada periode tersebut lebih disebabkan oleh penurunan harga komoditas karena periode September 2020 memasuki musim panen dan pasokan terlur ayam dan daging ayam juga melimpah.

Dari sisi permintaan, Iskandar mengatakan sudah terjadi pemulihan dalam beberapa bulan terakhir, tercermin dari inflasi inti yang terus meningkat. Beberapa indikator lainnya juga terlihat pada penjualan ritel dan kendaraan bermotor yang meningkat, termasuk meningkatnya indeks keyakinan konsumen (IKK) pada Agustus 2020.

"Dari sisi produksi juga meningkat, tercermin dari indeks PMI manufaktur yang meningkat menjadi 50,8," katanya kepada Bisnis, Rabu (30/9/2020).

Namun demikian, Iskandar mengatakan tingkat konsumsi masyarakat memang belum bisa meningkat pesat seperti pada periode sebelum pandemi Covid-19 terjadi. Hal ini dikarenakan masyarakat masih harus menerapkan protokol Covid-19 ketat.

"Paket bantuan subsidi gaji, banpres tunai, bantuan langsung tunai, dan bansos berhasil meningkatkan daya beli. Tapi efek multiplier ke sisi supply tidak besar karena kendala 3M yang harus kita jaga," jelasnya.

Iskandar menyampaikan, yang sebenarnya perlu dikhawatirkan adalah jika inflasi inti terus menurun hingga terjadi deflasi. "Kebijakan pemerintah sudah di track yang benar. Pemerintah tidak beandai-andai, tapi berdasarkan data membuat kebijakan penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional".


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper