Bisnis.com, JAKARTA – PT Bukit Asam (Persero) Tbk. (PTBA) meningkatkan fokusnya dalam bisnis energi di luar batu bara.
Terbaru, perusahaan membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di atap gedung Airport Operation Control Center (AOCC) Bandara Soekarno Hatta Tangerang, Banten. Pembangkit dengan kapasitas 241 kilowatt peak (kWp) akan mulai beroperasi penuh pada 1 Oktober 2020 nanti.
Bukit Asam memasang 20 panel di atap gedung AOCC untuk listrik sebesar itu.
Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Arviyan Arivin menambahkan PLTS ini merupakan wujud dan komitmen sinergi BUMN dalam pengembangan energi baru terbarukan (EBT).
"Kami harap kerja sama dan sinergi seperti ini bisa terus terjalin dan ditingkatkan ke depannya," kata Arviyan dalam keterangan tertulis, Jumat (25/9/2020).
PLTS di Gedung AOCC ini dibangun dan dioperasikan langsung oleh PTBA. Pembangunan pembangkit EBT ini juga menggandeng anak usaha PT LEN Industri, yakni PT Surya Energi Indotama.
Baca Juga
Arviyan menyebutkan setelah AOCC di Soekarno Hatta, pihaknya selalu siap bekerjasama untuk mengembangkan PLTS-PLTS lain di bandara yang dikelola oleh Angkasa Pura II. Ini sekaligus mewujudkan bandara hijau ramah lingkungan (green airport).
Ia mengatakan keputusan perusahaan membangun PLTS dan mengoperasikannya sendiri sebagai upaya melakukan diversifikasi bisnis di luar batu baraa. Ini sesuai dengan visi PTBA untuk menjadi perusahaan energi kelas dunia yang ramah lingkungan.
Sementara itu, President Director PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin mengatakan, keberadaan PLTS sebagai sumber energi listrik merupakan pintu masuk bagi pemanfaatan EBT berikutnya dalam mengusung konsep green airport di Bandara Soekarno-Hatta.
“EBT sudah selayaknya mendapat tempat di sektor kebandarudaraan nasional dan PT Angkasa Pura II memulai ini di Bandara Soekarno-Hatta yang merupakan bandara terbesar di Indonesia. Harapannya, apa yang dilakukan di Bandara Soekarno-Hatta ini dapat mendorong bandara-bandara lain juga mengadopsi EBT melalui PLTS," kata Awaluddin.
Pengoperasian PLTS di kawasan Bandara Soekarno-Hatta ini juga sejalan dengan upaya Kementerian BUMN dalam percepatan pengembangan dan pemanfaatan energi surya di BUMN.
“Kami akan membahas mengenai kemungkinan pemanfaatan energi surya di bandara-bandara lain di bawah pengelolaan PT Angkasa Pura II,” ungkap Awaluddin.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi mengapresiasi langkah yang diambil PT Angkasa Pura II dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) sebagai bagian dari dukungan terhadap program energi bersih yang bersumber dari energi baru terbarukan (EBT) sekaligus efisiensi pemakaian listrik.
"Pemasangan PLTS atap secara masif di berbagai fasilitas publik merupakan aksi konrkit dalam merealisasikan gerakan nasional sejuta surya atap. Apa yang dilakukan oleh PT Angkasa Pura II dan PTBA dengan dukungan BUMN lainnya merupakan kolaborasi yang sangat progresif dalam mendukung energi bersih berkelanjutan. PTBA yang awalnya merupakan perusahaan batu bara, kini bertransformasi menjadi penyedia energi, dan turut aktif mendukung gerakan energi bersih. Ini merupakan transformasi di sektor energi yang sangat positif," kata Agung.
Melalui PLTS atap, imbuh Agung, juga dapat menghemat tagihan listrik bulanan Bandara Soetta.
“Ini juga akan menghemat tagihan listrik, listriknya juga bisa impor-ekspor dengan PLN,” ujarnya.
Pemerintah terus mendorong pemanfaatan energi surya secara masif. Hingga semester I/2020, tercatat kapasitas PLTS atap terpasang sekitar 11,5 MW dari 2.346 pelanggan PLN.
Pemerintah menargetkan porsi bauran energi terbarukan bisa mencapai 23 persen pada tahun 2025.
“Untuk mencapai target EBT 23 persen tahun 2025, berbagai langkah kita lakukan paralel. Termasuk penyempurnaan regulasi terkait harga EBT agar investasinya jadi lebih menarik,” kata Agung.