Bisnis.com, JAKARTA - Tidak hanya Indonesia yang akan menghadapi kontraksi ekonomi pada kuartal III/2020, negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, hingga Negeri Jiran Malaysia dan Singapura akan bernasib sama.
Sri Mulyani mengungkapkan beberapa negara di atas memasang perkiraan negatif atas pertumbuhan ekonominya pada kuartal III/2020, akibat dampak Covid-19.
"Technically, hampir tiap negara telah mengalami resesi. Bahkan ada yang mulai kuartal I/2020 sudah mulai negatif, seperti [negara-negara] Uni Eropa, italia, Perancis," ujar Sri Mulyani dalam APBN Kita (22/9/2020).
"Jika kuartal ketiga negatif, berarti mereka bisa tiga kuartal berturut-turut negatif," lanjutnya.
Pada kuartal II/2020 lalu, banyak negara yang mengalam kontraksi ekonomi lebih dalam dari Indonesia yang PDB-nya minus 5,3 persen.
Negara lain, contohnya Rusia mengalami pertumbuhan minus 8,5%, Hongkong -9%, AS -9,5%, Jepang -9,9%, Jerman -11,7%.
Semua negara Asean, bahkan kontraksinya hingga double digit, yakni Thailand 12,2%, Singapura 13,2%, Filipina bahkan 16,5% dan Malaysia 17,1%.
"Ini gambaran kuartal II/2020 merupakan kuartal yang sangat berat bagi semua ekonomi. Negara Eropa bahkan kontraksi atas 20%," paparnya.
Negara-negara di atas, pada kuartal III/2020, memiliki forecast yang masih negatif. Beberapa negara tersebut a.l. Inggris (-10.7 persen), AS (-5,7 persen), Jepang (-6,6 persen), Singapura (-6 persen) dan Thailand (-9,3 persen).
Sementara itu, Sri Mulyani menuturkan ekonomi Indonesia akan terkontraksi -2,9 persen hingga -1,1 persen.
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. Andry Asmoro meyakini proyeksi pertumbuhan ekonomi di kuartal III diperkirakan masih akan berada pada teritori negatif, namun dengan arah membaik dibandingkan kuartal II.
Hal itu sejalan dengan dinamika ekonomi global di mana banyak negara-negara dunia yang juga sudah memasuki resesi kecuali Vietnam dan China yang masih mencatat pertumbuhan positif.
"Namun demikian, resesi yang dialami oleh Indonesia diperkirakan tidak akan sedalam negara-negara sekawasan seperti India, Filipina, Malaysia, Thailand, dan Singapura, maupun negara-negara maju di Kawasan Eropa dan AS," ujar Andry.
Ke depan perekonomian akan mulai memasuki masa pemulihan pada tahun 2021 dengan asumsi kurva infeksi Covid-19 sudah menunjukkan perlambatan disertai adanya prospek penemuan dan produksi vaksin sehingga masalah pandemi bisa cepat teratasi.