Bisnis.com, JAKARTA — Selain industri alas kaki, kinerja industri penyamakan kulit diramalkan positif pada akhir 2020.
Kementerian Perindustrian menyatakan bahwa industri penyamakan kulit pada akhir 2020 akan tumbuh maksimal 1 persen dari realisasi 2019. Adapun, laju pertumbuhan lapangan usaha industri kulit per 2019 terkoreksi 0,99 persen.
"Semuanya tergantung dengan [penanganan] Covid-19 ini apakah [puncak penyebarannya] sampai akhir tahun atau akhir bulan ini," kata Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin Elis Masitoh kepada Bisnis, Rabu (23/9/2020).
Elis mendata utilisasi industri penyamakan kulit terpukul cukup berat.
Menurutnya, pandemi Covid-19 membuat kegiatan produksi di seluruh pabrikan kulit berukuran besar tidak ada, tapi utilisasi di pabrikan kulit berukuran kecil justru naik ke level 80 persen.
Kulit berukuran besar merupakan bahan baku bagi industri alas kaki, sedangkan kulit berukuran kecil menjadi bahan baku bagi industri tekstil yang diolah menjadi tas, dompet, jaket, atau sarung tangan.
Baca Juga
Berdasarkan data Kemenperin, kapasitas terpasang pada industri kulit berukuran besar mencapai 3,5 juta lembat atau 140 juta kaki persegi. Adapun, kapasitas terpasang industri kulit berukuran kecil mencapai 20 juta lembar atau 100 juta kaki persegi.
Dengan kata lain, industri penyamakan kulit nasional dapat memproduksi 23,5 juta lembar atau 250.000 kaki persegi kulit jadi. Namun, ketersediaan kulit mentah lokal hanya 4,8 juta lembar.
Alhasil, ada defisit bahan baku lebih dari 18 juta lembar kulit mentah. Secara terperinci, industri kulit berukuran besar masih defisit bahan baku sekitar 2,3 juta lembar, sedangkan industri kulit berukuran kecil mencapai 16,3 juta lembar.