Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Penyamakan Kulit Sulit Penuhi Kebutuhan Dalam Negeri

Industri penyamakan kulit lokal belum dapat memenuhi permintaan bahan baku kulit nasional.
Pengunjung memilih sepatu di pameran produk kulit/JIBI
Pengunjung memilih sepatu di pameran produk kulit/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA – Industri penyamakan kulit lokal belum dapat memenuhi permintaan bahan baku kulit nasional.

Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian Muhdori mengatakan volume produksi industri penyamakan kulit lokal masih belum dapat memenuhi konsumsi kulit jadi nasional kendati sejatinya kualitas produksi kulit jadi di dalam negeri sudah berstandar internasional.

Muhdori memaparkan salah satu penyebab minimnya pasokan dalam negeri tersebut disebabkan oleh ketersediaan bahan baku yang menurun beberapa tahun terakhir. Muhdori memaparkan populasi Sapi Jawa dan domba—yang menjadi bahan baku utama industri penyamakan kulit—mulai mengalami penurunan populasi.

Kemenperin mencatat produksi kulit nasional pada tahun lalu hanya mencapai 55 juta kaki per segi (square feet/SQFT), sedangkan 5,9 juta SQFT dialokasikan untuk pasar global. Sementara itu, konsumsi kulit jadi nasional mencapai 115,84 juta SQFT. Dengan kata lain industri hilir mengimpor 66,74 juta SQFT kulit jadi pada tahun lalu.

Adapun, kapasitas produksi industri kulit jadi mencapai 140 juta SQFT pada tahun lalu. Namun, tingkat utilisasi industri penyamakan kulit hanya berada di level 25% atau memproduksi 35 juta SQFT kulit jadi. Namun, Muhdori memproyeksikan performa industri penyamakan kulit masih bagus pada tahun ini.

“Kalau dilihat dari skala makro bagus. Kulit dalam negeri yang kualitasnya bagus dipakai dalam rangka ekspor. Produsen yang tidak kebagian kulit dalam negeri yang bagus ya impor. Yang terpenting ada nilai tambah ketika jadi produk jadi,” ujarnya belum lama ini.

Muhdori mengatakan pihaknya menargetkan volume produksi industri penyamakan kulit hingga akhir tahun ini dapat tumbuh 3%-4%. Adapun, volume produksi industri alas kaku dapat mencapai 5,6% pada akhir tahun ini.

Sementara itu, Wakil Sekjen Asosiasi Penyamakan Kulit Indonesia (APKI) Arifin Kustiawan mengatakan faktor utama yang membuat industri alas kaki tidak menyerap kulit jadi lokal bukan karena kualitas yang rendah, melainkan harga yang tinggi.

Arifin memaparkan, tingginya harga kulit jadi di dalam negeri disebabkan oleh harga bahan baku yang sudah tinggi yakni sapi varian Jawa Putih. Walaupun mahal, ujarnya, kulit jadi hasil sapi Jawa Putih memang memiliki kualitas nomor satu di dunia.

Arifin mengklasifikasikan pelaku industri penyamakan kulit ke dua kelompok yakni industri kulit berukuran besar yang menggunakan hewan besar dan industri kulit berukuran kecil yang menggunakan hewan kecil. Secara komposisi, industri penyamakan kulit nasional masih didominasi oleh industri kulit besar yakni sekitar 70%.

Namun demikian, ujarnya, secara kemudahan memulai usaha, industri kulit kecil lebih unggul. Pasalnya, peralatan yang digunakan dapat berasal dari industri lokal dengan harga yang jauh lebih kompetitif dai perlatan industri kulit besar.

Kemenperin mencatat total pelaku industri penyamakan kulit mencapai 272 unit industri dengan tingkat utilisasi pabrik sekitar 20%-25%.

Kapasitas produksi industri penyamakan kulit besar sejumlah 25 juta SQFT dengan kapasitas terpasang 140 juta SQFT. Adapun, kapasitas industri penyamakan kulit kecil adalah 20 juta SQFT dengan kapasitas terpasang 100 juta SQFT.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Andi M. Arief
Editor : Galih Kurniawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper