Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Industri Peleburan Kuningan Indonesia (Gipelki) optimistis volume produksi pada akhir 2020 dapat tumbuh dua digit.
Ketua Umum Gipelki Eric Wijaya mengatakan pertumbuhan tersebut disebabkan oleh industri kuningan yang tidak terlalu terpengaruhi pandemi Covid-19. Selain itu, potensi ekspor produk kuningan hilir ke China yang tinggi lantaran adanya larangan pembelian bahan baku kuningan oleh pemerintah China.
"[Alhasil] cost [produksi] mereka akan lebih tinggi pakai bahan baku murni dibanding Indonesia. Ada peluang ekspor yang sudah mulai ada sejak Agustus 2020," katanya kepada Bisnis, Rabu (16/9/2020).
Seperti diketahui, bahan baku kuningan dapat dibagi menjadi dua macam yaitu kuningan scrap dan kuningan dari limbah industri. Secara komposisi, lanjutnya, kuningan scrap masih mendominasi sebanyak 90 persen dari bahan baku dalam negeri.
Eric menargetkan pertumbuhan volume produksi industri kuningan lokal bisa mencapai 15 persen hingga akhir 2020. Selain itu, permintaan pada industri kuningan akan meningkat menjadi 85 persen seperti kondisi normal.
Eric berujar permintaan pada industri kuningan selama semester I/2020 tertolong oleh terjaganya permintaan kuningan untuk katup tabung liquid petroleum gas (LPG) milik PT Pertamina (Persero). Alhasil, pabrikan dapat mempertahankan permintaan sekitar 70 persen dari kondisi normal.
Adapun, penurunan permintaan paling besar terjadi pada aksesoris tekstil dan produk tekstil (TPT) atau mencapai 50 persen. Seperti diketahui, penurunan permintaan pada industri TPT membuat utilitas rata-rata industri TPT jatuh hingga ke bawah 20 persen.
Selain diversifikasi pasar, Eric menyatakan arus bahan baku dan distribusi produk juga lebih lancar pada tahun ini karena stimulus dari pemerintah. Eric memberikan contoh seperti pembebasan pajak impor skrap kuningan sebesar 2,5 persen dan percepatan restitusi pajak pertambahan nilai (PPn).
Walakin, Eric menyatakan utilisasi industri kuningan tetap terpukul dengan adanya penurunan permintaan ke level 60 persen. Sementara itu, utilisasi IKM kuningan jauh lebih rendah.