Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan impor pada Agustus 2020 turun 24,19 persen menjadi US$10,74 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year on year).
Adapun, jika dibandingkan dengan Juli tahun ini (month to month), nilai impor Agustus 2020 tercatat naik 2,65 persen dari US$10,46 miliar.
"Total impor pada Agustus ini secara yoy turun 24,19 persen yang dipengaruhi penurunan migas dan nonmigas," ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers daring, Selasa (15/9/2020).
Secara bulanan, nilai impor naik untuk barang konsumsi sebesar 7,31 persen, bahan baku/penolong sebesar 5,00 persen. Sementara, impor barang modal turun 8,81 persen mtm.
Suhariyanto menyebutkan barang konsumsi mengalami kenaikan yang didorong oleh impor anggur dari China, susu dari Selandia Baru, dan raw sugar dari India. Kenaikan impor bahan baku dipengaruhi oleh emas dari Hong Kong, kedelai dari Brasil, besi dan baja dari Ukraina, dan part transmition untuk komunikasi dari China.
Sementara itu, secara tahunan seluruh jenis barang berdasarkan penggunaan mengalami kontraksi. Barang konsumsi turun sebesar 12,49 persen, bahan baku/penolong minus 24,93 persen, dan barang modal turun 27,55 persen.
"Impor utama kita tetap dari China, Jepang, dan Singapura," kata Kepala BPS.
Adapun, secara keseluruhan nilai impor sepanjang Januari-Agustus 2020 sebesar US$92,11 miliar atau turun 18,06 persen dari US$112,41 miliar secara tahunan.
Impor nonmigas juga terkontraksi 15,76 persen pada periode yang sama dari US$98,14 miliar menjadi US$82,67 miliar. Share impor nonmigas terbesar yaitu mesin dan peralatan mekanis 17,15 persen senilai US$14,18 miliar serta mesin dan perlengkapan elektrik 14,47 persen dengan nilai US$11,96 miliar.