Bisnis.com, JAKARTA – Sriwijaya Air menilai penghapusan prosedur tes kesehatan berupa rapid test atau swab belum dapat dijadikan acuan baik untuk meningkatkan jumlah pergerakan penumpang maupun meningkatkan pendapatan.
Tim Corporate Communication Sriwijaya Air menyampaikan hingga saat ini pada praktiknya di Iapangan, animo penumpang memang masih rendah untuk bepergian dengan tujuan libur ataupun perjalanan bisnis. Kondisi tersebut lantaran masyarakat masih takut atau membatasi diri.
Maskapai tersebut berpendapat masih banyak kompleksitas faktor penyebab rendahnya tingkat okupansi, di aantaranya perkembangan kasus positif Covid-19 dan sejumlah pemerintah daerah yang masih membatasi kinerjanya.
“Untuk masalah rapid test dihilangkan, kami menantikan SE [surat edaran] dari regulator saja. Namun, rasanya belum bisa dijadikan acuan juga karena klaster-klaster baru selalu tumbuh,” jelasnya, Selasa (8/9/2020).
Sebelumnya, Executive Vice President TransNusa Bayu Sutanto membenarkan wacana pencabutan persyaratan rapid test dan PCR swab tersebut yang sedang didiskusikan dengan Gugus Tugas. Terlebih, hal ini telah dikonfirmasi oleh ketua Tim Pakar dan Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmita.
Wacana itu muncul untuk menggairahkan sektor transportasi yang saat ini sedang anjlok dan masuk dalam pembahasan guna memperbaiki kinerja ekonomi.
Baca Juga
Namun, Bayu berpendapat kedua tes tersebut sebetulnya bertujuan untuk mendeteksi seseorang memiliki risiko tertular covid-19. Oleh karena itu tak bisa langsung mempengaruhi langsung minat bepergian.
“Masyarakat sebenarnya, mau ada swab atau rapid, lebih takut terhadap risiko penularan di bandara, atau setelah sampai di tempat tujuan. Tidak korelasi langsung dengan minat bepergian,” jelasnya.