Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Desain RAPBN 2021 Dikritik. Indef: Pemerintah Tidak Fokus Tangani Pandemi

Indef menyoroti anggaran-anggaran gendut di berbagai pos a.l. infrastruktur dan pertahanan serta keamanan. Menurut Indef, pos tersebut tidak terkait dengan pandemi Covid-19. Pembangunan infrastruktur juga tidak berdampak cepat kepada pertumbuhan ekonomi.
Presiden Joko Widodo saat berbincang dengan wartawan di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (13/7/2020)./Antara
Presiden Joko Widodo saat berbincang dengan wartawan di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (13/7/2020)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat tengah membahas rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara (RAPBN) 2021.

Namun, alokasi dana dalam RAPBN 2021 dinilai tidak fokus pada penanganan pandemi Covid-19.

Ekonom Senior Institute for Development of Economic and Finace (Indef), Didin Damanhuri mengatakan bahwa hal itu terlihat dari pembagian pos anggaran.

“Bisa dilihat pertama yang paling aneh terjadi sangat tajam adalah anggaran infrastruktur. Ini meningkat dari Rp281,1 triliun pada 2020 menjadi Rp414 triliun,” katanya melalui diskusi virtual, Selasa (7/9/2020).

Didin menjelaskan bahwa anggaran keamanan dan ketertiban pun demikian. Kementerian Pertahanan dapat Rp137 triliun dari Rp117,9 triliun tahun ini. Polri naik dari Rp92,6 triliun jadi Rp11,2 triliun.

Tidak heran apabila tiga lembaga tersebut menjadi pos anggaran terbesar dalam RAPBN 2021. Menurutnya, ini merupakan anomali dari penyusun kebijakan fiskal dengan panglimanya adalah Menteri Keuangan, Sri Mulyani.

Jika dicermati lebih jauh, pembangunan infrastruktur tidak berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi dalam waktu dekat. Begitu pula dengan keamanan dan ketertiban.

Di sisi lain, dana untuk kesehatan dan perlindungan sosial berkurang. Padahal, dua hal ini yang berpengaruh pada pemulihan ekonomi.

“Ada skenario apa? Di sini saya berkesimpulan desain RAPBN tidak kokoh. Tidak ada blueprint yang jelas, yaitu fokus pada penanganan Covid-19 dan ikutannya berupa ancaman resesi,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper