Bisnis.com, JAKARTA — PT Chandra Asri Petrochemical Tbk mulai mengoperasikan kedua unit pabrik MTBE dan B1 yang pertama kalinya ada di Indonesia. Konstruksi kedua pabrik berhasil diselesaikan sesuai jadwal walaupun di tengah masa pandemi.
Hal itu guna mendukung target pemerintah Indonesia untuk menyubstitusi impor melalui program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) yang diusung oleh Kementerian Perindustrian.
Presiden Direktur Chandra Asri Erwin Ciputra mengatakan prioritas utama perseroan adalah mendukung pemerintah dan industri dalam negeri dalam mengurangi ketergantungan impor.
Dengan beroperasinya pabrik baru ini, perseroan berharap tujuan pemerintah mengurangi impor sampai 35 persen pada 2022 dapat tercapai.
Konstruksi pabrik MTBE dan B1 milik Chandra Asri ini dilakukan oleh Toyo Engineering Corporation dan PT Inti Karya Persada Tehnik sejak 2018.
"Kami menyampaikan terimakasih kepada Toyo dan IKPT karena berhasil menyelesaikan konstruksi ini semasa pandemi, sehingga operasional pabrik dapat dimulai sesuai rencana kami," katanya melalui siaran pers, Senin (7/9/2020).
Baca Juga
Erwin menambahkan kedua pabrik ini juga merupakan pabrik pertama di Indonesia yang menggunakan Lummus Technology, salah satu teknologi processing pabrik petrokimia paling mutakhir di dunia.
Adapun, pabrik MTBE (Methyl Tert-butyl Ether) berkapasitas 128 KTA untuk memasok kebutuhan octane booster dalam negeri yang sampai saat ini masih diimpor, sedangkan pabrik B1 (Butene 1) berkapasitas 43 KTA akan diserap untuk kebutuhan operasional pabrik Chandra Asri sebesar 33 KTA, dengan sisanya ditargetkan untuk pasar domestik.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan industri petrokimia di Indonesia memiliki peran penting dalam menyubstitusi impor, oleh karena itu pemerintah mendorong untuk tumbuh.
"Selain substitusi impor, perusahaan petrokimia seperti Chandra Asri juga mampu menarik investor baru yang tentunya akan berdampak positif terhadap perekonomian Indonesia," katanya.
Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian 2018, Indonesia mengimpor produk kimia methanol, termasuk turunannya yaitu MTBE maupun B1 senilai Rp174 triliun. Selama ini, impor produk methanol dan turunannya di Indonesia berasal dari negara beberapa negara.