Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah dinilai telah melakukan cara yang tepat dengan tetap membangun optimisme di tengah ancaman resesi.
Hal itu dikemukakan Anggota Komisi XI DPR Melchias Markus Mekeng terkait upaya pemerintah melalui Menko Perekonomian Airlangga Hartarto membangun optimisme.
Menurut Mekeng pemerintah bukan tidak paham angka-angka maupun indikator ekonomi seperti dikritik ekonom Faisal Basri.
"Tetapi yang dibangun adalah optimisme di tengah krisis," kata Mekeng.
Apalagi, lanjut Mekeng, pemerintah tidak mungkin hanyut dalam resesi dengan membangun narasi pesimisme karena harus yakin dengan berbagai kebijakan yang diambil.
"Dunia ini memang tidak seindah yang dibayangkan atau yang dikatakan. Tetapi kan optimisme harus dibangkitkan. Kalau pemerintah tidak bangun optimisme dalam situasi seperti sekarang ini, ya rusak negara ini," kata Mekeng dalam keterangannya kepada wartawan, Selasa (1/9/2020).
Baca Juga
Politisi Partai Golkar itu menanggapi kritikan Faisal Basri yang menyebut pemerintah saat ini kurang pemahaman mengenai resesi.
Bahkan, lanjut Faisal Basri, sekelas Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto sebagai komandan ekonomi di Tanah Air tidak paham mengenai hal itu.
"Kuartal III perkiraan saya minus tiga persen. Airlangga saja pemahaman tentang resesi nol besar. Kata Menko kalau kuartal II minus 5,32 persen, kuartal III minus itu itu enggak resesi, karena minusnya turun. Ngeri enggak Pak? Komandan ekonominya enggak ngerti resesi," kata Basri saat rapat dengar pendapat bersama Komisi VI di Gedung DPR, Senin (31/8/2020).
Mekeng menjelaskan bahwa yang dilakukan pemerintah saat ini adalah mencegah supaya pertumbuhan ekonomi di kuartal III (Juli-September) dan kuartal IV (Oktober-Desember) tidak turun ke minus yang lebih tinggi lagi.
Pemerintah, ujar Mekeng, sedang bekerja membalikkan pertumbuhan ekonomi dari minus 5,32 persen pada kuartal II (April-Juni), turun ke minus 1 persen atau nol persen pada kuartal III, bahkan kalau bisa menjadi positif.
"Kalau dia [ekonomi) turun dari minus 5,32 persen menjadi minus 3 persen seperti disampaikan Basri, tentu itu dampak dari program-program yang dilakukan selama ini. Tentu ini merupakan signal dari perbaikan ekonomi kita," papar Mekeng.
Mekeng mengharapkan dalam situasi krisis seperti sekarang, para pengamat atau pengkritik tidak hanya nyinyir atau kritik ke pemerintah. Kritik boleh tapi sangat dihargai jika disertai solusi atau tawaran jalan keluar.
Pengamat atau tokoh, ujar Mekeng, tentu mempunyai banyak pengetahuan yang bisa memberikan tawaran solusi.
"Ini persoalan bangsa. Krisis ini bukan hanya Indonesia tetapi seluruh dunia. Mari kita sama-sama bekerja untuk memperbaiki kondisi saat ini," kata Mekeng.