Bisnis.com, JAKARTA – Bisnis properti khususnya perumahan memang tengah diuji sejak pandemi virus corona menghantam seluruh sektor kehidupan. Istilah yang kuat dialah yang bertahan semakin realistis.
Perusahaan properti besar dan memiliki reputasi yang baik seperti Ciputra Group, Sinar Mas Land, maupun Summarecon Agung, menurut Associate Director Coldwell Banker Commercial Dani Indra Bharata, adalah beberapa contoh developer yang bertahan karena berhasil melakukan penjualan di tengah situasi ini.
Bukan tanpa alasan, saat ini customer baik itu end user maupun investor lebih mempertimbangkan untuk membeli unit yang sudah tersedia. "Mereka juga lihat developernya karena khawatir proyek nggak berjalan dengan baik. Mereka pilih developer terpercaya," ujar Dani kepada Bisnis beberapa waktu lalu.
Ya, walaupun pandemi memengaruhi sektor hunian dan properti, kata Dani, nyatanya tren penjualan hunian khususnya rumah tapak cukup positif. Coldwell mencatat memang di Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi (Jabodetabek), pada pekan kedua Maret penjualan residensial berupa rumah tapak drop bahkan terhenti.
Berlanjut pada April-Mei yang menjadi kondisi terparah untuk residensial. Penjualan terjadi namun sangat sedikit karena pemasaran yang tutup. Adapun hanya Citra Maja Raya, Ciputra Group, yang berhasil melakukan penjualan 1 klaster dengan mempelopori penjualan secara daring. "Kuartal I menurun karena Maret, tetapi di kuartal II, April-Mei agak turun rendah," imbuh Dani.
Kemudian pada Juni, Coldwell mendapat informasi bahwa beberapa perumahan sudah melakukan penjualan cukup baik. "Artinya ternyata yang terpuruk April Mei, itu sedikit banyak tergantikan di bulan Juni," tuturnya.
Selama waktu tersebut, penjualan rumah tapak didominasi segemen menengah-bawah. Bahkan di developer kecil kelas menengah pun masih bisa melakukan penjualan. Di Jakarta, klaster kecil seharga Rp1 miliar hingga Rp1,5 miliar banyak diminati.
Adapun yang menarik, kata Dani, penjualan rumah tapak di segmen atas khususnya pasar sekunder, seharga Rp2 miliar hingga Rp5 miliar juga banyak terjadi.
Banyak investor maupun end user yang mencari rumah besar. Selain karena pemilik menjatuhkan harga jual 20 persen hingga 30 persen di bawah harga pasar, banyak orang yang sadar selama bekerja dari rumah atau work from home (WFH), mereka memerlukan ruang yang lebih luas untuk menampung keluarga.
"Properti mengalami penurunan terendah. Mereka melihat 2020 adalah titik poin terendah, sehingga menmicu investor melakukan pembelian. Dari sisi investasi rumah paling aman, karena ada wujud," ujarnya.
Di Serpong, Tangerang, ada pengembang bisa menjual 20 unit per bulan yang pada umumnya mereka rata-rata hanya bisa menjual di bawah 10 unit.
Bahkan, kata Dani, bahwa ruko seharga Rp8 miliar habis terjual. "Fenomenanya agak menarik, kuartal kita merasa terpuruk, tapi di sisi perumahan, investor masih lihat peluang. Namun, ini terjadi tidak di seluruh pengembang," jelasnya.