Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Upaya Startup Dorong Pemulihan Pariwisata Dinilai Tak Signifikan

Program diskon tiket pesawat yang dilakukan sejumlah platform OTA dinilai belum mampu pulihkan sektor pariwisata yang terdampak pandemi Covid-19.
Foto udara destinasi wisata pantai Seger di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika di Kuta, Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB, Rabu (12/8/2020).Dalam rangka pemulihan ekonomi nasional pada Kuartal III 2020 pemerintah akan menggelontorkan paket stimulus untuk pariwisata dalam bentuk diskon tiket pesawat ke destinasi wisata serta insentif pajak hotel atau restoran dengan alokasi anggaran hingga Rp25 triliun. ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
Foto udara destinasi wisata pantai Seger di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika di Kuta, Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB, Rabu (12/8/2020).Dalam rangka pemulihan ekonomi nasional pada Kuartal III 2020 pemerintah akan menggelontorkan paket stimulus untuk pariwisata dalam bentuk diskon tiket pesawat ke destinasi wisata serta insentif pajak hotel atau restoran dengan alokasi anggaran hingga Rp25 triliun. ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi

Bisnis.com, JAKARTA - Program diskon harga tiket pesawat jangka pendek yang dijalankan platform online travel agency (OTA) untuk mendorong pemulihan ekonomi di sektor pariwisata dinilai tidak akan memberikan efek yang signifikan.

Menurut Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Didien Junaedi program tersebut tidak sebanding dengan tantangan yang cukup berat, yakni belum membaiknya kepercayaan diri masyarakat untuk berwisata karena angka kasus positif Covid-19 di Tanah Air yang masih tinggi.

"Jadi, program potongan harga itu pasti berpengaruh. Namun, tidak signifikan," ujar Didien kepada Bisnis, Senin (31/8/2020).

Didien menilai program seperti itu hanya sesekali mendongkrak jumlah wisatawan, yakni pada momen-momen tertentu seperti liburan panjang yang mana kenaikan jumlah wisatawan diperkirakan bisa terdongkrak sampai dengan 20 persen.

Kenaikan itupun, kata Didien, sebagian besar kontribusinya berasal dari wisatawan yang cenderung memanfaatkan destinasi wisata terdekat yang dinilai menjadi daya tarik utama bagi turis domestik saat ini.

Selain itu, program tersebut juga membutuhkan waktu pelaksanaan yang lebih panjang untuk menangani sejumlah keribetan yang masih dialami oleh wisatawan, seperti rapid test dan durasi menunggu yang lama ketika berada di bandara menjadi faktor penghalang lain bagi wisatawan untuk berwisata.

"Program seperti itu mestinya juga bisa dijalankan dalam jangka panjang. Hasilnya juga akan positif untuk sektor pariwisata asal pandemik tidak naik. Untuk itu, harus ada kerja sama antara signifikan antara pelaku industri, pemerintah, dan masyarakat," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rahmad Fauzan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper