Bisnis.com, JAKARTA – Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia mengusulkan adanya percepatan implementasi kartu pra kerja agar dapat membantu ekonomi masyarakat yang terkena PHK di tengah pandemi.
Selain itu, program bantuan sosial (bansos) dan bantuan langsung tunai (BLT) juga perlu dipercepat karena masyarakat kelas bawah mengandalkan pendapatan harian.
Direktur Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Muhammad Faisal menyampaikan kondisi perekonomian yang memburuk akibat pandemi terjadi secara luas ke sejumlah negara di seluruh dunia.
Hanya beberapa negara seperti China dan Vietnam yang menurutnya mampu terlepas dari jurang resesi akibat dari aksi penanganan Covid-19 yang cepat dan tepat sejak awal penyebarannya.
Dengan demikian, Faisal menyarankan fokus utama dari program pemulihan ekonomi bisa diimplementasikan dengan lebih cepat. Pemerintah juga diajak untuk membuka diri sehingga solusi terbaik bisa diakomodasi.
“Contohnya, memastikan bansos tepat sasaran itu penting tapi tidak kalah penting distribusinya cepat. Apalagi masyarakat bawah, mereka tidak bisa menunggu lama-lama banyak yang bergantung pada pendapatan harian dan BLT,” ujarnya, Selasa (25/8/2020).
Baca Juga
Salah satu stimulus yang dapat dibenahi ialah kartu pra kerja dari sisi kecepatan implementasinya. Saat ini, ada syarat adanya pelatihan untuk dapat mengakses pendanaan.
Hal itu memperlama orang yang kena PHK untuk mendapatkan pendanaan, sekaligus alokasi dana yang bisa digunakan untuk modal itu berkurang untuk biaya pelatihan.
"Itu menjadi distorsi bagi korban PHK. Bagaimana implementasinya dipercepat," imbuhnya.
Faisal memproyeksikan pertumbuhan ekonomi bisa terkontraksi hingga minus 2 persen pada kuartal ketiga tahun ini.
“Kalau dari prediksi kami (PDB kuartal III) minus 2 persen, artinya kalau dari kuartal kedua yang minus 5,3 persen, berarti sudah lebih ringan tingkat kontraksinya,” ungkapnya.
Secara teknis, ramalan tersebut menunjukkan pertumbuhan ekonomi kemungkinan besar akan memasuki jurang resesi pada kuartal ketiga mendatang. Namun, ia menitikberatkan kontraksi ekonomi tersebut harus dilihat dari tren pemulihannya.
“Yang perlu kita ketahui bahwa ketika resesi terjadi, ada tren yang memburuk dan membaik sehingga kita bisa membedakan kondisinya,” sambungnya.